Suplai berpotensi melonjak, harga minyak mentah susut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan, harga minyak mentah masih bergerak turun. Senin (16/7) pukul 9.45 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2018 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 70,58 per barel atau turun 0,61% dari posisi harga di akhir pekan lalu.

Begitu juga dengan harga minyak Brent untuk pengiriman September 2018 di ICE Futures yang turun 0,68% ke posisi US$ 74,82 per barel.

Penurunan harga minyak mentah seiring dengan meredanya kekhawatiran terhadap defisit suplai yang selama ini mendorong harga. Bersamaan dengan pulihnya aktivitas ekspor di pelabuhan-pelabuhan Libya, pelaku pasar kini mengantisipasi kenaikan suplai minyak oleh Rusia dan negara produsen minyak lainnya.


“Harga minyak mentah turun karena kekhawatiran gangguan pasokan mereda. Berita bahwa produsen minyak negara Libya telah memulai kembali produksi dari ladang minyak utama memicu aksi jual awal pekan ini, ” terang Bank ANZ dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters, Senin (16/7).

Fokus pasar kini bergeser pada potensi adanya peningkatan pasokan, meski serikat pekerja rig pengeboran minyak dan gas lepas pantai di Norwegia masih melanjutkan aksi mogok kerja untuk hari keenam saat ini.

Bertambahnya pasokan minyak yang paling diantisipasi adalah dari Rusia, setelah Menteri Energi Rusia Alexander Novak, Jumat lalu, mengatakan bahwa Rusia dan produsen minyak utama lainnya perlu menambah output untuk mencegah defisit suplai di pasar global.

Stephen Innes, Kepala Perdagangan untuk Asia Pasifik di broker berjangka OANDA, mengatakan, ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China tampaknya akan mereda pekan ini dan bisa menjadi sentimen positif untuk harga minyak. "Tetapi kemungkinan penjualan cadangan minyak AS akan membebani harga," pungkasnya.

Pasalnya, saat ini AS memiliki cadangan minyak sekitar 660 juta barel. Jumlah rig pengeboran di AS juga tidak mengalami penurunan, yakni tetap 863 hingga akhir pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia