KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah sentimen positif menghangatkan harga minyak sawit mentah atau
crude palm oil (CPO). Harga terdorong oleh adanya potensi permintaan CPO akan terus meningkat menjelang akhir tahun, terutama jika kebijakan penggunaan Biodiesel 20% atau B20 benar diterapkan di Indonesia. Mengutip
Bloomberg, Kamis (9/8) pukul 18.30 WIB, harga CPO kontrak pengiriman Oktober 2018 di Bursa Derivatif Malaysia berada di posisi RM 2.246 atau turun 0,53% dibanding harga pada hari sebelumnya. Namun, jika dihitung selama sepekan, harga CPO mengalami kenaikan sebesar 2,51%. Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar, berpendapat, ada beberapa faktor yang membuat harga CPO bergerak menguat dalam pekan ini. Rencana penerapan kebijakan penggunaan B20 di dalam negeri memang menjadi salah satunya.
"Jika terealisasi, kebijakan ini tentu akan memicu permintaan terhadap CPO," ujar Deddy, Kamis (9/8). Namun, di sisi lain, Deddy berpendapat sejatinya konsumsi solar domestik baru mencapai 7,19 juta kiloliter sepanjang semester pertama lalu. Sementara, target konsumsi solar berdasarkan APBN 2018 sebanyak 15,62 juta kiloliter. Menurutnya, bisa jadi kebijakan penggunaan B20 ini tidak akan begitu berpengaruh signifikan jika konsumsi solar tidak memenuhi target. Selain itu, sentimen positif juga datang dari potensi bertambahnya permintaan CPO India di kuartal ketiga ini. "Dengan kondisi produksi CPO dalam negeri India belum mencukupi, ada kabar pemerintah akan menurunkan bea impornya sehingga keran impor CPO kembali deras," kata Deddy. Tak hanya India, permintaan China terhadap CPO tampaknya juga masih akan solid. Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, menilai, perang dagang akan membuat China mengurangi impor kedelainya dari AS dan menggantikan pasokan dengan minyak sawit dari Indonesia maupun Malaysia. "Data perdagangan China yang dirilis kemarin juga masih bagus, masih surplus US$ 28,05 miliar. Cadangan devisa juga naik 0,8% menjadi US$ 3,12 triliun," kata Ibrahim, Kamis (9/8). Bahkan, Deddy menambahkan, kunjungan Perdana Menteri China ke Indonesia beberapa bulan lalu telah menyepakati tambahan pengiriman CPO Indonesia ke China sebanyak 500.000 ton. Menurutnya, ini menegaskan kondisi permintaan China terhadap CPO yang meningkat hingga akhir tahun nanti. Potensi mengetatnya suplai CPO juga turut mengangkat harga. Indonesia, sebagai negara produsen terbesar minyak sawit, diproyeksi akan mengalami penurunan volume ekspor hingga 5% sampai akhir tahun akibat rencana penggunaan B20. Kebijakan biodiesel tersebut diproyeksi akan menyerap 10% dari produksi CPO Indonesia.
Selain itu, Malaysian Palm Oil Board juga menurunkan target produksinya hingga akhir tahun sebesar 2,9% menjadi 19,9 juta ton. Januari lalu, produksi CPO Malaysia diproyeksi mencapai 20,5 juta ton. "Ini berkaitan dengan pemberlakukan pajak terhadap eksportir CPO Malaysia jika harga berada di atas RM 2.250 per metrik ton," imbuh Deddy. Kendati begitu, Deddy menilai, harga CPO masih berpeluang tertekan kembali jika mata uang Ringgit terus menguat sehingga membuat harga CPO menjadi lebih mahal. Sementara, Ibrahim juga masih mewaspadai keberlanjutan aturan Uni Eropa yang melarang penggunaan minyak sawit Indonesia dan Malaysia yang sempat membuat harga CPO jatuh di semester pertama lalu. "Uni Eropa juga jadi faktor penting. Kalau hasil pembicaraan Indonesia dan Malaysia dengan WTO terkait larangan Uni Eropa ini berbuah positif, ini bisa jadi sentimen bagus lainnya buat harga CPO hingga akhir tahun," ujar Ibrahim. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia