SINGAPURA. Harga crude palm oil (CPO) diprediksi akan melorot sebesar 30% pada tahun ini seiring dengan terjadinya peningkatan suplai CPO. Hal itu diungkapkan oleh Royal Bank of Scotland Group Plc dalam laporannya yang dirilis hari ini. Menurut analis RBS John Rachmat, harga CPO kemungkinan akan mencapai 2.500 ringgit atau US$ 821 metrik ton pada akhir tahun ini, dengan tingkat suplai CPO berlebih akan dimulai pada Juli. Sekadar mengingatkan, harga CPO mencapai level tertinggi dalam 35 bulan terakhir pada 10 Febuari lalu di posisi 3.967 ringgit per ton. Namun hari ini, harga CPO turun 0,5% menjadi 3.372 ringgit seiring cadangan CPO melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan pada April. Dalam hasil risetnya, Rachmat juga memprediksi, tingkat produksi CPO global akan naik 8,3% menjadi 13 juta ton dalam tiga bulan yang dimulai sejak Juli. Hal itu disebabkan oleh cuaca yang kian membaik serta tingkat konsumsi yang flat. Terkait hal itu, RBS memberikan rating "sell" untuk saham Golden Agri, yang tercatat di Singapura. Saham Golden Agri memiliki korelasi sebesar 93% dengan harga CPO sejak diperdagangkan secara bebas pada 1997. Per pukul 12.02 waktu Singapura, saham Golden Agri turun 2,8% menjadi US$ 0,685. Selain itu, RBS juga memberikan rating "sell" untuk saham PT Astra Agro Lestari dan Indofood Agri Resources Ltd, yang merupakan anak usaha dari PT Indofood Sukses Makmur (INDF). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Suplai melonjak, harga CPO diprediksi akan anjlok 30% akhir tahun ini
SINGAPURA. Harga crude palm oil (CPO) diprediksi akan melorot sebesar 30% pada tahun ini seiring dengan terjadinya peningkatan suplai CPO. Hal itu diungkapkan oleh Royal Bank of Scotland Group Plc dalam laporannya yang dirilis hari ini. Menurut analis RBS John Rachmat, harga CPO kemungkinan akan mencapai 2.500 ringgit atau US$ 821 metrik ton pada akhir tahun ini, dengan tingkat suplai CPO berlebih akan dimulai pada Juli. Sekadar mengingatkan, harga CPO mencapai level tertinggi dalam 35 bulan terakhir pada 10 Febuari lalu di posisi 3.967 ringgit per ton. Namun hari ini, harga CPO turun 0,5% menjadi 3.372 ringgit seiring cadangan CPO melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan pada April. Dalam hasil risetnya, Rachmat juga memprediksi, tingkat produksi CPO global akan naik 8,3% menjadi 13 juta ton dalam tiga bulan yang dimulai sejak Juli. Hal itu disebabkan oleh cuaca yang kian membaik serta tingkat konsumsi yang flat. Terkait hal itu, RBS memberikan rating "sell" untuk saham Golden Agri, yang tercatat di Singapura. Saham Golden Agri memiliki korelasi sebesar 93% dengan harga CPO sejak diperdagangkan secara bebas pada 1997. Per pukul 12.02 waktu Singapura, saham Golden Agri turun 2,8% menjadi US$ 0,685. Selain itu, RBS juga memberikan rating "sell" untuk saham PT Astra Agro Lestari dan Indofood Agri Resources Ltd, yang merupakan anak usaha dari PT Indofood Sukses Makmur (INDF). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News