Suplai Sudah Banyak, Harga Minyak Goreng Curah Belum Sesuai HET



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasokan minyak goreng curah di pasar terus menggelontor. Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menyampaikan, dalam tiga hari ini sudah ada 31.250 ton minyak goreng curah digelontorkan. Dus, ketersediaan minyak goreng (migor) curah sudah cukup baik di pasaran.

Hanya saja, harga migor curah belum juga mencapai harga eceran tertinggi (HET) yang ditentukan yaitu Rp 14.000 per liter.

"Berarti pasokan/availability migor curah sudah mantap di lapangan, tapi harga yang beredar masih tinggi di kisaran Rp 17.000-an per liter. Artinya ada peminat migor curah yang tidak seharusnya membeli yang bersubsidi ini," kata Sahat, Kamis (12/5).


Ia menambahkan, dugaan yang terjadi di lapangan ialah migor curah kemungkinan dikemas ulang oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Potensi dikemas ulang kemungkinan terjadi melihat adanya perbedaan harga yang cukup tinggi di pasaran.

"Misalnya yang terjadi di lapangan, migor curah bersubsidi nyelonong ke repacker dan bisa jual Rp 21.000 per liter. Kemudian banyak beralih ke industri makanan minuman, perhotelan, fast food dan sebagainya," ungkap Sahat.

Baca Juga: Soal Minyak Goreng, Ombudsman Periksa Kemenperin, Kemendag, BPDPKS dan Kemenkeu

Selain itu, dampak larangan ekspor bahan baku minyak goreng belum juga maksimal menurunkan harga migor curah lantaran industri sawit baru mulai aktif pada 10 Mei lalu. Pasalnya larangan ekspor bagi 3 kelompok produk yaitu HS 1511, HS 1518 dan HS 2306 baru mulai per 28 April, dan kemudian disusul libur lebaran.

Dampak larangan ekspor tersebut membuat pasar dari migor kemasan di Supermarket, toko-toko lesu. Bahkan kata Sahat, banyak tempat harga migor kemasan turun dari Rp 52.800 per dua liter ke Rp 48.350 per dua liter.

Turunnya harga minyak goreng kemasan tak lepas dari masyarakat yang tergolong mampu justru memilih beralih membeli migor curah bersubsidi.

GIMNI menilai, konsep HET migor curah akan sulit direalisasikan, kecuali alur produk dari hulu sampai pengecer produk ini ditangani oleh pemerintah. "Baiknya kebijakan harga ini dilepas saja ke mekanisme pasar," kata Sahat.

Sebagai gantinya, pemerintah mengalihkan subsidi migor curah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kepada BUMN untuk mempercepat distribusi ke masyarakat dan juga dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat berpenghasilan rendah.

"Semoga di bulan Mei ini harga migor curah di lapangan sudah bisa Rp 14.000 perliter (HET), dan ekspor sawit bisa berjalan seperti sedia kala," kata Sahat.

Baca Juga: Gapki Berharap Larangan Ekspor CPO Segera Dibuka, Ini Sebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat