Suplai tinggi, harga batubara sulit naik



JAKARTA. Harga batubara tertekan. Sejak awal pekan, harga bahan bakar fosil ini belum mampu beranjak naik . Padahal, ada kenaikan permintaan akibat musim dingin.Harga batubara untuk kontrak pengiriman Maret 2014 di ICE Futures, Rabu (22/1), turun 0,79% dibanding hari sebelumnya ke level US$ 81,30 per metrik ton (MT).  Sepanjang pekan ini, harga batubara sudah tergerus 2,34%.Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Guntur Tri Hariyanto menyebut, pasar batubara global masih kelebihan pasokan, sebagai dampak ekspansi kapasitas produksi yang dilakukan produsen besar sejak beberapa tahun terakhir. Selain itu, batubara terkena imbas keberhasilan produksi shale gas, yang menawarkan alternatif energi bersih.  Di sisi lain, Guntur bilang, pasar dihantui risiko penurunan impor batubara dari China. Salah satu pemicunya, yaitu rilis data manufaktur China yang meleset dari perkiraan. PMI Manufaktur China pada Januari 2014 sebesar 49,6, di bawah  perkiraan pasar, sebesar 50,6. Angka ini juga lebih rendah dari bulan sebelumnya, yaitu mencapai 50,5. "Sentimen negatif lainnya adalah pelarangan impor batubara kualitas rendah sehubungan program pengurangan polusi batubara di China," jelas Guntur. Namun Guntur menyatakan, saat ini, harga batubara agak tertopang permintaan musiman, lantaran sebagian besar dunia mengalami musim dingin. Ini terlihat dari kenaikan permintaan China sebesar 1,1% menjadi 35,5 juta ton pada Desember 2013. Analis PT Samuel Sekuritas, Muhamad Alfatih menilai, secara historis, batubara sedang memasuki tren penurunan empat tahunan. Setelah gagal menembus level US$ 88 per MT, harganya terus melandai.Tren turun berlanjutMenurut Alfatih, tren turun ini akan berlangsung dalam jangka panjang. Ia melihat, harga batubara mencoba menyentuh level support di US$ 76 per MT dalam dua sampai tiga bulan mendatang. Bahkan, level ekstrim bisa menjajal US$ 66 per MT. "Kemungkinan harga naik di atas US$ 90 per metrik ton sangat kecil. Ke depan, kenaikan harga batubara hanya bersifat sementara," ungkap Alfatih.Secara teknikal, harga masih berada di bawah moving average (MA) 20 dan 36. Ini menunjukkan tekanan terhadap batubara masih berlangsung. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di bawah titik nol. Posisi MACD mulai melemah. Sementara, stochastic mulai turun sejak menyentuh level jenuh beli (overbought) di 100% menjadi 66%. Level overbought ini berlangsung sejak November 2013.Maka, Alfatih memprediksi, hingga pekan ini, harga emas hitam ini akan bergerak di US$ 79,00-US$ 80,6 per MT. Sedangkan, Guntur memperkirakan, harga batubara  bisa naik tipis di kisaran US$ 81,50-US$ 82,50 per MT.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini