Suplai turun drastis, stok beras tipis



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah harus cepat bergerak menjaga stok beras yang kian tipis. Sebab, lonjakan harga beras kian tak terkendali dan berpotensi menyulut inflasi tinggi.

Bahkan beras medium di sejumlah toko beras di daerah Jabodetabek mulai langka. Kelangkaan beras ini terjadi akibat pasokan dari sentra produksi berkurang.

Berdasarkan pantauan KONTAN di sejumlah pedagang beras di Jakarta, Ciputat, dan Depok, umumnya pasokan beras mereka berkurang cukup drastis. Salah seorang pedagang beras di daerah Ciputat Tangerang Selatan bernama Abdul mengatakan, sejak akhir tahun lalu, stok beras berkurang drastis.


"Sekarang sulit mendapatkan beras, harganya juga mahal, jadi stok kami pun berkurang seperti saat ini," ujarnya, Minggu (7/1).

Tidak hanya di Ciputat, penurunan pasokan beras dari daerah juga dialami oleh PT Food Station Tjipinang Jaya (FSTJ). Menurut Direktur Utama FSTJ Arief Prasetyo, akibat penurunan pasokan, saat ini stok beras perusahaannya memang mengalami penurunan.

Ia mengatakan bila selama ini FSTJ kerap mengambil beras dari sentra produksi, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, kini FSTJ harus mengandalkan pasokan dari Perum Bulog untuk melakukan stabilisasi harga di daerah Ibu Kota. "Kami sudah membeli beras dari Sidrap (Sulawesi Selasan) sekitar 200 kontainer dan Pare-Pare sekitar 100 kontainer dan 200 kontainer lain dari Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah," ujarnya.

Untuk menambah stok, Arief mengaku, FSTJ juga akan menambah pasokan beras dari Demak dan Sragen Jawa Tengah dalam waktu dua sampai tiga pekan lagi. Menurutnya dua daerah ini sudah mulai memasuki masa panen. Sementara untuk panen raya padi diprediksi baru akan terjadi di akhir bulan Februari 2018.

Oleh karena itu, Arief menyatakan tidak terlalu khawatir karena stok beras di gudang BUMD Jakarta ini masih di atas 30.000 ton. Menurutnya volume sebesar ini cukup untuk melakukan stabilisasi harga beras di wilayah DKI Jakarta. Apalagi sejauh ini FSTJ juga masih mendapatkan pasokan beras dari Bulog. Pada akhir tahun lalu pihaknya memesan 75.000 ton beras dari Bulog.

Untuk melakukan stabilisasi harga, FSTJ sudah mendistribusikan 33.115 ton beras medium di IR3 di harga Rp 8.800 per kg. Satu pekan terakhir mereka juga akan mendapat tambahan pasokan dari Bulog sebanyak 6.000 ton sampai 7.000 ton. "Minggu depan akan masuk lagi 6.500 beras medium Bulog ke pasar Induk Cipinang," imbuhnya.

Naik di sentra produksi

Pasokan beras yang menurun dari sentra produksi di daerah memperparah kelangkaan beras di sejumlah pasar. Kelangkaan beras jenis medium ini dikatakan sudah terjadi sejak sebulan lalu. Hal itu terjadi seiring dengan harga gabah kering panen (GKP) di sejumlah sentra produksi beras naik tinggi di kisaran Rp 6.600 per kg sampai Rp 7.000 per kg dari harga yang normal Rp 4.500 per kg.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, sampai saat ini pasokan beras medium di pasar masih langka. "Kalau beras premium mulai Minggu ini sudah kembali normal," ujarnya.

Menurutnya, kenaikan harga beras ikut mendorong kenaikan harga komoditas pangan lain. Contoh harga cabai rawit merah di kisaran Rp 55.500 per kg dari sebelumnya di harga Rp 30.000 per kg. Demikian juga harga daging ayam masih mahal yakni rata-rata Rp 34.000 dari harga normal 30.000 per kg. "Harga telur juga tinggi Rp 26.000 dari sebelumnya Rp 22.000 per kg," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini