JAKARTA. Imbas krisis global makin terasa di industri manufaktur. Akibat humbalang krisis, industri manufaktur mulai mengurangi kapasitas produksi. Sebab, pesanan ekspor tak kunjung membaik di awal 2009. Industri sepatu dan serat sintetis misalnya mulai mengurangi kapasitas produksi hingga 40%. Akibatnya, pengusaha kedua sektor industri itu terpaksa merumahkan ribuan pekerjanya. Hingga kini, industri sepatu sudah merumahkan 16.000 pekerja. Sementara industri serat sintetis mencapai ratusan orang. “Kami belum mau melakukan Pemutusan Hubungan Kerja karena khawatir tiba-tiba pesanan masuk lagi dan sulit mencari orang dengan skill baik. Jadi, kami masih menunggu sampai akhir bulan,” kata Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko, Selasa (13/1). Di awal 2009 ini, kondisi pesanan industri sepatu belum normal. Kalaupun ada, pembeli cuma memesan sedikit demi sedikit per bulan. Kondisi ini menyulitkan produsen, karena mereka tak dapat memprediksi rencana produksi. Dari sini, produsen memutuskan memangkas produksi guna menghindari biaya produksi lebih besar. Selain memberikan pesanan sedikit-sedikit, pembeli juga meminta produsen memberi diskon harga. Mereka menilai, produsen memiliki keuntungan lebih seiring penurunan harga minyak dan melemahnya nilai tukar rupiah. Terlebih, produsen sepatu di China dan Thailand telah menurunkan harga produknya. Berpatokan pada hal ini, pembeli minta produsen Indonesia ikut menurunkan harga. Bahkan, mereka mengancam jika tak mendapat diskon akan mengalihkan pesanan ke negara pesaing Indonesia seperti China. Karenanya, tahun ini kinerja ekspor sepatu bakal melorot 10% - 20% dari 2008 sebesar US$ 1,75 miliar. Industri serat sintetis juga telah memangkas 40% produksinya. Produksi diperkirakan hanya tersisa 680.000 ton, atau 60% dari kapasitas produksi saat ini. Tahun lalu, produksi riil serat sintetis 800.000 ton, atau 80% dari kapasitas terpasang 1,3 juta ton. "Akibat pemangkasan produksi itu, empat perusahaan dari 13 perusahaan anggota Apsyfi pasti merumahkan ratusan pekerja," ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat Syntetic Fiber Indonesia (Apsyfi) Kustarjono Projolalito.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Suramnya Ekspor Domestik di Tahun 2009
JAKARTA. Imbas krisis global makin terasa di industri manufaktur. Akibat humbalang krisis, industri manufaktur mulai mengurangi kapasitas produksi. Sebab, pesanan ekspor tak kunjung membaik di awal 2009. Industri sepatu dan serat sintetis misalnya mulai mengurangi kapasitas produksi hingga 40%. Akibatnya, pengusaha kedua sektor industri itu terpaksa merumahkan ribuan pekerjanya. Hingga kini, industri sepatu sudah merumahkan 16.000 pekerja. Sementara industri serat sintetis mencapai ratusan orang. “Kami belum mau melakukan Pemutusan Hubungan Kerja karena khawatir tiba-tiba pesanan masuk lagi dan sulit mencari orang dengan skill baik. Jadi, kami masih menunggu sampai akhir bulan,” kata Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko, Selasa (13/1). Di awal 2009 ini, kondisi pesanan industri sepatu belum normal. Kalaupun ada, pembeli cuma memesan sedikit demi sedikit per bulan. Kondisi ini menyulitkan produsen, karena mereka tak dapat memprediksi rencana produksi. Dari sini, produsen memutuskan memangkas produksi guna menghindari biaya produksi lebih besar. Selain memberikan pesanan sedikit-sedikit, pembeli juga meminta produsen memberi diskon harga. Mereka menilai, produsen memiliki keuntungan lebih seiring penurunan harga minyak dan melemahnya nilai tukar rupiah. Terlebih, produsen sepatu di China dan Thailand telah menurunkan harga produknya. Berpatokan pada hal ini, pembeli minta produsen Indonesia ikut menurunkan harga. Bahkan, mereka mengancam jika tak mendapat diskon akan mengalihkan pesanan ke negara pesaing Indonesia seperti China. Karenanya, tahun ini kinerja ekspor sepatu bakal melorot 10% - 20% dari 2008 sebesar US$ 1,75 miliar. Industri serat sintetis juga telah memangkas 40% produksinya. Produksi diperkirakan hanya tersisa 680.000 ton, atau 60% dari kapasitas produksi saat ini. Tahun lalu, produksi riil serat sintetis 800.000 ton, atau 80% dari kapasitas terpasang 1,3 juta ton. "Akibat pemangkasan produksi itu, empat perusahaan dari 13 perusahaan anggota Apsyfi pasti merumahkan ratusan pekerja," ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat Syntetic Fiber Indonesia (Apsyfi) Kustarjono Projolalito.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News