Surety bond dongkrak pertumbuhan premi industri asuransi



JAKARTA. Pelaku industri asuransi umum tidak bisa meremehkan keberadaan lini bisnis surety bond alias penjaminan. Buktinya, dari 13 aktivitas usaha yang ada di sektor asuransi umum, surety bond menjadi satu-satunya lini bisnis yang menyumbang pertumbuhan pendapatan premi tertinggi.

Per Juni 2011, pertumbuhan pendapatan premi surety bond tercatat naik 72,3% menjadi sebesar Rp 1,939 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. “Pertumbuhan ini mengungguli lini bisnis properti dan kendaraan bermotor,” ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor, Kamis (15/9).

Ada pun, lini bisnis properti dan kendaraan bermotor tetap menjadi kontributor terbesar terhadap perolehan premi industri, yaitu masing-masing Rp 4,844 triliun dan Rp 4,678 triliun. Namun demikian, jika dilihat dari pertumbuhan bisnisnya, properti mencatat kenaikan tipis 3,4% dan kendaraan bermotor 13,1%.


Dengan kondisi ini, sambung Julian, bukan tidak mungkin lini bisnis surety bond menjadi kuda hitam yang memicu pertumbuhan pendapatan premi industri. Walaupun dari sekitar 80 pelaku industri asuransi umum, kurang dari separo saja perusahaan yang mengantongi izin usaha penjaminan dan menjalankan aktivitas usaha itu.

Ketua Bidang Statistik, Informasi, dan Analisa AAUI Budi Hermawan menilai aktivitas usaha penjaminan terhadap risiko proyek-proyek pembangunan ini juga baru menorehkan prestasi. Semester pertama 2009, surety bond tercatat mengantongi premi Rp 560,594 miliar atau turun 25% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Peraturan Presiden Nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa akhir 2010 berhasil mendorong kementerian dan lembaga menggunakan fasilitas penjaminan untuk proyek-proyek pemerintahan. “Ujung-ujungnya mendongkrak bisnis asuransi surety bond,” imbuh Budi.

Faktor lain, yakni pertumbuhan perekonomian nasional yang sedikit banyak mendorong terjadinya pembangunan hingga ke daerah-daerah di luar pulau Jawa. Tak heran, banyak penerimaan premi justru berasal dari penjaminan proyek-proyek, terutama di kawasan Timur Indonesia.

Sekadar informasi saja, data yang dilansir AAUI menyebut, total pendapatan premi industri asuransi umum sepanjang semester pertama 2011 sebesar Rp 17,165 triliun atau naik 16,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan lini bisnis surety bond tercatat tertinggi setelah asuransi aneka yang sebanyak 54,3%.

Diikuti oleh lini bisnis kecelakaan diri dan kesehatan sebanyak 45,4%, engineering 16,3%, kendaraan bermotor 13,1%, pengangkutan kapal 12,3%, rangka kapal 8%, dan properti 3,4%. Sisanya, malah mencatat pertumbuhan negatif, antara lain energi 66,7%, tanggung gugat 9,7%, aviation 2,5% dan satelit 9,9%.

Penurunan, di sektor energi, tak terlepas dari menurunnya produksi minyak di dalam negeri. Sehingga penutupan risiko penjaminan pun semakin berkurang. “Sementara, di sektor aviation, lantaran belum adanya armada pesawat baru yang diasuransikan, begitu pun satelit,” pungkas Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: