Surono meluruskan istilah "lahar dingin" lewat FB



JAKARTA. Setiap kali ada gunung meletus, salah satu istilah yang kemudian kerap muncul di pemberitaan adalah "lahar dingin". Tak terkecuali saat Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Malang, Kediri, dan Blitar, di Jawa Timur meletus pada Kamis (13/2/2014). Ternyata, istilah yang terasa familiar itu, salah kaprah. Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono, sampai merasa perlu membuat status khusus soal salah kaprah istilah itu dalam laman pribadi Facebook-nya, Selasa (18/2/2014) malam. Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Badan Geologi yang pada 2007 memantau langsung geliat Gunung Kelud ini, menegaskan hanya ada istilah "lahar letusan" dan "lahar hujan" dalam "kamus" letusan gunung. Dia pun menulis: "... Ijin berbagi info, "lahar" yg merupakan asal Indonesia telah diadopsi secara internasional. Ahli2 gunungapi dunia telah menggunakan "lahar" dalam makalah2 ilmiah. Lahar adalah sdh diadopsi scr internasional. Masa kita yg melahirkan kata "lahar" tdk mengetahui "lahar letusan" dan "lahar hujan". Mungkinkah kita yg menciptakan kata lahar scr internasional tdk dpt bedakan "lahar hujan" dan "lahar letusan"? Semua bergantung pada kita sbg sumber asal kata lahar sbg istilah internasional. ..." Definisi "lahar letusan" dan "lahar hujan" ini menyisip pula dalam tuturan Ekspedisi Cincin Api Kompas, edisi Kelud Revolusi Gunung Api, 2011. Secara sederhana, lahar letusan adalah material vulkanik yang dilontarkan saat gunung meletus. Adapun lahar hujan adalah lahar letusan yang menumpuk di sekitar kawah gunung yang kemudian dialirkan oleh hujan. Beberapa jam sebelum teguran soal asal kata "lahar" tersebut, Surono juga mengunggah di laman Facebook-nya itu soal definisi dari lahar hujan dan lahar letusan. Menurut Surono, lahar letusan adalah lahar hasil letusan gunung api yang menyemburkan air dalam kawahnya, bercampur dengan abu, kerikil, batu, dan material lain. Lahar letusan terjadi saat gunung api yang memiliki danau kawah meletus. "Lahar letusan pasti panas," tulis dia. Sementara itu, lanjut Surono, lahar hujan adalah lahar yang disebabkan oleh bercampurnya air hujan dengan material letusan berupa batu, abu, dan material lainnya, yang kemudian bergerak mengikuti alur lembah atau sungai yang berhulu di gunung itu. Surono mengatakan lahar hujan bisa panas ketika material yang mengalir bersamanya berasal dari awan panas. Bisa juga, kata dia, lahar hujan dingin ketika tak ada material dari awan panas.  (Palupi Annisa Auliani

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan