KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan surplus produksi beras nasional sepanjang tahun ini sebesar 2,85 juta ton. Data tersebut diperoleh usai rapat bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, Senin (22/10). Soal produktivitas, Darmin menyebut, BPS menghitung total produksi beras nasional sepanjang tahun ini mencapai 32,4 juta ton.
"Itu sudah dihitung mulai dari beras dipanen, kemudian jadi GKP (gabah kering panen), lalu jadi GKG (gabah kering giling) hilang dan susutnya sudah dihitung dan dikonversi, dapatnya produksi kita segitu," kata Darmin saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (22/10). Di sisi lain, Darmin menyebut, konsumsi beras nasional sepanjang tahun ini dihitung mencapai 29,6 juta ton. Dengan begitu, surplus produksi beras tahun ini hanya mencapai 2,85 juta ton. Sementara, Kementerian Pertanian (Kementan) sebelumnya menyatakan prediksi surplus produksi beras sebesar 13,03 juta ton. Perkiraan surplus tersebut dihitung dari target produksi beras 2018 sebesar 80 juta ton atau 46,5 juta ton setara beras, sementara perkiraan total konsumsi beras nasional hanya 33,47 juta ton. "Kelebihan produksi sebesar itu, tadinya bisa 20 juta ton lebihnya. Tapi jumlah petani kita ada 4,5 juta keluarga. Mereka pasti menyimpan 5 atau 10 kilo sehingga suplai di pasar tersendat," kata Darmin. Tak heran, Darmin menambahkan, sejak awal tahun stok beras di Bulog terbilang sangat rendah. "Bahkan waktu Maret kita mengimpor, stok Bulog cuma 500.000 ton, tidak pernah kejadian itu," tambah Darmin.
Adapun, Darmin enggan mengomentari kebutuhan impor beras di tahun depan dengan kondisi data produksi terbaru saat ini. "Di Bulog sekarang ada beras 2,4 juta ton, impornya 1,8 juta tambah 600.000 dari dalam negeri. BPS tiap bulan akan menghasilkan data jadi tunggu saja jangan buru-buru menyimpulkan apa-apa," pungkasnya. Ditanya soal seberapa aman kondisi beras nasional berdasarkan data BPS terbaru tersebut, Darmin menjawab singkat. "Kita aman karena impor, kalau enggak ada impor, ya tewas." tandas Darmin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto