Surplus Beras Petani dan Konsumsi Tipis, Pengamat Sebut Ini Hal yang Harus Dilakukan



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyebut kebijakan impor beras dalam beberapa tahun terakhir disebabkan karena surplus antara beras petani dan konsumsi hanya sedikit. Produksi beras dalam negeri hanya 31 juta ton, sementara tingkat konsumsinya 30 juta ton.

Menanggapi hal ini, Peneliti CORE, Eliza Mardian mengatakan bahwa surplus tipis ini terjadi karena turunnya produktivitas padi dalam negeri.

“Surplus antara produksi dan konsumsi semakin tipis, ini disebabkan karena semakin menurunnya produktivitas padi kita,” tutur Eliza pada Kontan, Rabu (13/11).


Tingkat konsumsi beras dalam negeri yang kurang lebih 31 juta ton per tahun, ditambah cadangan pemerintah ideal 10% dari total konsumsi. Maka, seharusnya Indonesia memiliki jumlah beras sekitar 34 juta ton agar tidak perlu impor.

“Karena jika produksinya tidak pas dengan konsumsi ini akan mengancam stabilitas, kita perlu cadangan pangan untuk mengawali awal tahun pada saat belum panen raya,” ungkapnya.

Baca Juga: Bulog: Stok Beras Saat Nataru Aman, Cadangan Beras Lebih dari 2 Juta Ton

Eliza mencatat, secara rumus rata-rata produksi padi 5 ton per-hektar dan indeks pertanaman (IP) itu 1,5. Maka luas lahan pertanian yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi beras dalam negeri dan memiliki cadangan sebesar 9,07 juta hektar.

“Namun bisa saja IP kita lebih rendah karena jika mengacu pada data BPS dengan luasan 10,2 juta hektar hasil produksi padi kita hanya sekitar 31 juta ton beras,” ujarnya.

Dengan ini, Eliza menyarankan hal yang perlu diprioritaskan pemerintah adalah meningkatkan produktivitas dan menaikkan indeks pertanaman.

Baca Juga: Zulhas Sebut Stok Beras Berlimpah, Tahun Depan Tak Ada Impor

“Peningkatan produktivitas intensifikasi dengan penggunaan varietas benih unggul yang tinggi produktivitas, tahan hama penyakit dan tahan terhadap dampak perubahan iklim. Serta didukung dengan manajemen hama penyakit terpadu,” pungkas Eliza.

Di sisi lain, Indeks Pertanaman (IP) dilakukan dengan cara membangun dan merevitalisasi irigasi yang sudah rusak dan terlalu lama dibiarkan tanpa perhatian yang memadai.

Sebagai penutup, dia menyoroti banyak varietas lokal yang mampu memproduksi padi hingga 12 juta ton per hektar, yang berarti di atas rata-rata produktivitas padi nasional sekitar 5 juta ton per hektar.

Jika pemerintah bisa mendorong penerapan inovasi dan teknologi secara masif oleh petani di berbagai daerah, maka petani bisa meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Selanjutnya: Harga Tembaga Sentuh Level Terendah 2 Bulan Rabu (13/11), Terseret Sentimen Ini

Menarik Dibaca: Cara Mengetahui Tanda Diblokir di WhatsApp oleh Seseorang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih