Surplus BI tahun 2019 susut hingga Rp 14,67 triliun



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Anggaran Bank Indonesia (BI) sepanjang tahun 2019 mencatat surplus operasional setelah pajak sebesar Rp 33,35 triliun. Meski melampaui target, angka itu turun Rp 14,67 triliun atau 30,55% dari surplus 2018.

Dalam Laporan Keuangan Tahunan BI 2019, surplus sebelum pajak tercatat Rp 45,22 triliun. Sementara, setoran pajak BI ke pemerintah pada tahun lalu mencapai Rp 11,87 triliun pada tahun 2019.

Baca Juga: Harga BBM dan tarif listrik segera turun


Bank sentral mencetak surplus operasional lantaran jumlah beban BI di sepanjang tahun lalu lebih kecil dibandingkan dengan penghasilan. Hanya, penghasilan BI turun dibanding 2019, sementara beban malah naik.

Total penghasilan BI sepanjang 2019 sebesar Rp 91,80 triliun, turun 13,29% year on year (yoy). Penghasilan tersebut, paling besar berasal dari pelaksanaan kebijakan moneter, yaitu Rp 90,16 triliun.

Baca Juga: Ketahui tingkat risiko corona di suatu wilayah lewat aplikasi BLC

Di sisi lain, jumlah beban yang dikeluarkan oleh bank sentral di sepanjang tahun lalu tercatat sebesar Rp 46,58 triliun, naik 13,47% yoy. Beban terbesar, berasal dari pelaksanaan kebijakan moneter yang sebesar Rp 23,78 triliun. 

Angka itu terdiri dari beban bunga sebesar Rp 20,28 triliun, beban imbalan sebesar Rp 2,43 triliun, serta beban lainnya sebesar Rp 1,08 triliun.  Adapun surplus yang telah dihasilkan oleh BI akan dibagi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang (UU) Bank Indonesia. Pertama, sebesar 30% untuk cadangan tujuan. 

Kedua, sisanya dipupuk sebagai Cadangan Umum sehingga jumlah modal dan cadangan umum menjadi 10% dari kewajiban moneter. 

Ketiga, sisa surplus setelah dikurangi pembagian tersebut, akan diserahkan ke pemerintah. Namun, dalam laporannya, Selasa (26/5) BI menyebut bila ada penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia belum berakhir, cadangan tujuan sebesar 10%. 

Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, sulit untuk melihat kondisi anggaran BI tahun ini. Sebab, "Neraca keuangannya sangat tergantung pada kondisi pergerakan aset finansial domestik maupun global, dan aktivitas ekonomi," tandas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adinda Ade Mustami