Surplus neraca dagang belum kuat angkat rupiah



JAKARTA. Neraca perdagangan bulan Desember 2013 memang mengalami surplus cukup tinggi, sebesar US$ 1,52 miliar. Namun hal ini belum cukup kuat untuk menopang pergefakan nilai tukar rupiah. Ketika Badan Pusat Statiskik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan surplus, hari Senin (3/2), pada hari yang sama respons pasar malah negatif. Hal itu ditunjukan dari melemahnya nilai tukar rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) menjadi Rp 12.251 per Dollar AS. Rupiah malah lebih lemah dibandingkan akhir pekan lalu yang berada di level Rp 12.226 per Dollar AS. Dengan kondisi ini terlihat kalau pasar masih belum cukup puas dengan surplus neraca perdagangan yang ditorehkan pada bulan Desember 2013. Hal itu nampaknya cukup beralasan. Meskipun pada bulan Desember 2013 mengalami surplus, namun untuk neraca perdagangan sepanjang tahun 2013 atau dalam rentang Januari-Desember 2013 neraca perdagangan masih defisit cukup besar, US$ 4,06 miliar. Angka ini lebih tinggi dibanding defisit neraca dagang sepanjang tahun 2012 yang hanya sebesar US$ 1,67 miliar. Menurut ekonom Bank Central Asia David Sumual, investor masih belum yakin neraca perdagangan mampu mendorong defisit neraca transaksi berjalan ke level yang ditargetkan pemerintah. "Investor masih menunggu data defisit neraca transaksi berjalan kuartal empat 2013," ujar David, Senin (3/2). Selain itu,David juga bilang pengaruh kondisi ekonomi global leboh berpengaruh dalam menggerakan pasar. Terutama mengenai rencana Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (fed) yang akan kembali mengurangi dana stimulusnya ke emerging market. Dengan kondisi seperti itu David meramalkan nilai tukar rupiah masih akan bergerak di atas Rp 12.000 per Dollar AS dalam jangka pendek ini. David juga meminta pemerintah untuk tetap fokus mengurangi neraca transaksi berjalan alias current account deficit (CAD). Padahal menurut Menteri Keuangan Chatib Basri pada tahun 2014 ini isu akan bergeser dari masalah CAD ke neraca modal atau capital account. Menurutnya, CAD diperkirakan akan terus membaik seiring surplusnya neraca daganga dalam beberapa bulan terakhir. Ia menjelaskan salah satu penyebab neraca perdagangan surplus itu karena dampak dari kebijakan pemerintah yang meningkatkan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 menjadi 7,5% dari 2,5%. "Sampai dengan bulan Agustus neraca perdagangan masih defisit US$ 5 miliar, tetapi hingga akhir tahun defisitnya mampu dikurangi menjadi hanya 4 miliar," kata Chatib. Dengan begitu, Ia yakin pada kuartal empat 2013 CAD bisa ditekan hingga dibawah 3% saja terhadap produk domestik bruto (PDB). Itu lebih rendah dibanding CAD pada kuartal dua 2013 sebesar 4,4% dan kuartal tiga sekitar 3,7%. Dengan begitu, maka pengaruh rupiah diperkirakan akan lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan