KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 sebesar US$ 2,90 miliar. Surplus ini naik dibandingkan dengan surplus pada Juli 2024 sebesar US$ 0,50 miliar. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa kinerja ekspor bulanan masih mencatat pertumbuhan yang relatif solid, sementara impor menurun, berkontribusi pada peningkatan surplus perdagangan. "Pendorong utama di balik pertumbuhan ekspor yang kuat adalah perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga dan kenaikan harga di beberapa komoditas global," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (17/9).
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Berlanjut, BI: Positif untuk Ekonomi Indonesia Secara kumulatif, surplus perdagangan untuk Januari - Agustus 2024 menyusut menjadi US$ 18,85 miliar dari US$ 24,32 miliar selama periode yang sama di tahun 2023. "Kenaikan Harga CPO dan relaksasi ekspor konsentrat tembaga mendukung pertumbuhan ekspor yang solid," katanya. Josua menyebut, laju bulanan dari kinerja ekspor tumbuh 5,95% mom pada bulan Agustus 2024, sedikit lebih rendah dari pertumbuhan 6,68% mom yang tercatat pada bulan sebelumnya. Pendorong utama dari kinerja ekspor yang relatif solid ini adalah minyak hewani/nabati (HS15), yang mengalami peningkatan sebesar US$ 471 juta dari bulan sebelumnya, mengikuti tren kenaikan harga CPO. Josua menyebut, harga CPO dalam dolar AS melonjak 4,08% mom, didukung oleh apresiasi Ringgit Malaysia (MYR). Kontributor signifikan lainnya adalah HS26 (bijih, terak, dan abu), yang naik sebesar US$ 335 juta, yang diuntungkan oleh perpanjangan relaksasi ekspor konsentrat tembaga. Di antara mitra dagang Indonesia, ekspor ke Tiongkok dan Amerika Serikat mengalami peningkatan terbesar, masing-masing naik sebesar US$ 503 juta dan US$ 449 juta, dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, ekspor batubara mengalami penurunan meskipun harga batubara naik sebesar 5,97%, yang mengindikasikan melemahnya permintaan energi global. Secara tahunan, pertumbuhan ekspor meningkat menjadi 7,11% yoy di bulan Agustus, naik dari 6,60% yoy di bulan Juli. Ia menambahkan, penurunan impor minyak mempengaruhi penurunan kinerja impor secara keseluruhan.
Baca Juga: Indonesia Masih Dibanjiri Impor Pangan, Beras Paling Melonjak Pertumbuhan impor bulanan di bulan Agustus 2024 mengalami kontraksi sebesar -4,93% mom, penurunan tajam dari pertumbuhan 17,81% mom yang tercatat di bulan Juli-24.
Kontraksi ini terutama didorong oleh penurunan signifikan pada impor minyak dan gas, yang turun sebesar US$ 909 juta, sebagian besar disebabkan oleh melemahnya harga minyak. Harga minyak mentah Brent turun 5,20% mom di bulan Agustus 2024, di tengah ketidakpastian prospek pertumbuhan ekonomi global. Produk lain yang mengalami penurunan impor antara lain mesin-mesin mekanik, bahan bakar mineral, dan besi & baja. Secara tahunan, pertumbuhan impor melambat menjadi 9,46% yoy dari 11,07% yoy di Juli 2024. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi