Surplus Neraca Dagang RI Diperkirakan Semakin Menyempit Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan semakin menyempit pada tahun ini. Kendati demikian, defisit neraca perdagangan diprediksi tidak terjadi dalam waktu dekat.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, potensi perubahan tren neraca perdagangan ini terjadi karena adanya normalisasi harga komoditas lantaran kondisi perekonomian global tidak seburuk yang diperkirakan.

“Meski menyusut, surplus perdagangan bisa bertahan lebih lama sebelum berubah menjadi defisit setelah China membuka kembali ekonominya, yang akan mendukung permintaan eksternal. Indikator utama terbaru juga menunjukkan ekonomi global pada 2023 hanya mencatat perlambatan, bukan resesi,” tutur Faisal dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/2).


Meski begitu, Faisal tak menampik kemungkinan pertumbuhan ekspor akan menurun seiring berjalannya waktu akibat adanya penurunan harga komoditas, juga didorong oleh lesunya permintaan global di tengah inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga kebijakan.

Baca Juga: BPS Catat Neraca Perdagangan RI Surplus US$ 3,87 Miliar pada Januari 2023

Menurutnya, faktor yang dapat menahan pelemahan ekspor adalah strategi hilirisasi agar bisa memberikan nilai tambah ekspor dan surplus perdagangan di sektor manufaktur. Dia berpendapat, hilirisasi nikel terbukti mampu membuat neraca perdagangan sektor manufaktur menjadi surplus dalam tiga tahun terakhir.

“Bahkan ekspor besi dan baja pada tahun 2022 menambah sekitar US$ 4,90 miliar atau 25,7% terhadap peningkatan surplus perdagangan,” jelasnya.

Dari sisi impor, diyakini pertumbuhan impor akan melebihi pertumbuhan ekspor. Pertumbuhan impor tersebut didukung penguatan permintaan domestik, menyusul pencabutan PPKM dan keputusan untuk melanjutkan Proyek Strategis Nasional (PSN).

Meski begitu, jika dibandingkan dengan pertumbuhannya pada tahun 2022, impor terlihat melemah tahun ini karena harga minyak yang lebih rendah dan antisipasi melemahnya kegiatan ekspor. Sebagian bahan baku untuk memproduksi barang ekspor diperoleh dari impor.

“Oleh karena itu, kami terus mengantisipasi bahwa neraca transaksi berjalan akan berubah menjadi defisit yang dapat dikelola sekitar minus 1,10% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2023 dari perkiraan surplus sebesar 1,05% dari PDB pada tahun 2022,” kata Faisal.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 tercatat sebesar US$ 3,87 miliar, atau mengalami penurunan dari bulan Desember 2022.

Faisal juga memperkirakan tren menyusutnya neraca perdagangan RI akan terus menyusut ke depannya, termasuk pada bulan Februari ini.

“Harga komoditas yang menjdi penyebab utama kinerja ekspor kita melemah. Misalnya saja batu bara,” imbuh Faisal.

Baca Juga: Kinerja Ekspor Januari 2023 Melambat Secara Bulanan, Ini Sebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat