Surplus neraca dagang tahun ini diperkirakan bisa melebihi tahun 2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemulihan ekonomi serta kenaikan harga komoditas membawa efek positif bagi neraca perdagangan Indonesia. Pada Agustus lalu, neraca dagang Indonesia mencatatkan surplus. 

Sejumlah sektor usaha yang berorientasi ekspor berangsur pulih. "Memang tidak sebagus sebelum pandemi, tetapi jika dibandingkan dengan negara lain, itu sudah bagus," kata Anggota Komisi VI DPR Achmad Baidowi dalam rilis Rabu (6/10). 

Menurut Baidowi, kinerja ekspor yang terus tumbuh menopang pertumbuhan ekonomi. Ia mencatat, kontribusi ekspor terhadap total ekonomi Indonesia (PDB) mencapai 17%

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus neraca perdagangan Indonesia Agustus 2021 tercatat US$ 4,74 miliar, tertinggi sejak Desember 2006. Suplus di Agustus 2021, merupakan surplus neraca perdagangan Indonesia ke 16 secara beruntun sejak Mei 2020.

Baca Juga: Pada Agustus catat rekor, ini perkiraan cadangan devisa bulan September 2021

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Agustus 2021 tercatat surplus US$ 19,17 miliar. Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2020 sebesar US$ 10,96 miliar, bahkan tertinggi dibandingkan dalam lima tahun terakhir.

Surplus dagang sepanjang tahun 2020 sebesar US$ 21,74 miliar. Tahun ini diperkirakan surplus dagang Indonesia akan melampaui tahun lalu apalagi tahun ini tersisa empat bulan lagi. 

Baidowi melihat, pemulihan permintaan di negara tujuan ekspor utama yakni China dan AS menjadi momentum kenaikan ekspor Indonesia. Belum lagi, harga komoditas ekspor khususnya perkebunan kelapa sawit (CPO) dan pertambangan terus membaik.

Ekspor kelapa sawit naik 45,3% sepanjang Januari-Maret 2021. Ekspor batubara naik 8,4% di periode yang sama. "Sektor pertambangan yang mengalami penurunan tajam tahun 2020 diperkirakan tahun ini juga mulai tumbuh positif," proyeksi Baidowi. 

Selain itu, industri manufaktur tercatat sudah membaik dengan indikator Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur mencapai 53,2 pada Maret 2021. Baidowi bilang, dengan PMI sudah berada di atas angka 50, ini menandakan perusahaan mulai ekspansi dengan membeli bahan baku yang lebih banyak.

Semua paramater tersebut, menurut Baidowi, target pertumbuhan ekonomi versi pemerintah bisa mencapai 7%. Ini sama seperti yang terjadi pada kuartal kedua 2021. "Sangat rasional dan berpotensi besar tercapai," kata dia. 

Baca Juga: Wamendag dorong entrepreneur muda agar semangat menembus pasar ekspor

Ini dengan syarat vaksinasi berjalan lancar sesuai target. Belanja pemerintah juga tetap konsisten membantu sektor usaha dan masyarakat yang rentan. "Kinerja ekspor kini telah membaik dan industri manufaktur masuk pada fase ekspansi," ucap Baidowi.

Editor: Avanty Nurdiana