Surplus neraca dapat tekan imbal hasil SUN



JAKARTA. Pada perdagangan kemarin, Kamis (15/6), surplus neraca perdagangan sepanjang Mei mendorong penurunan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN). Secara keseluruhan, perubahan tingkat imbal hasil berkisar antara 1-7 basis points (bps).

Imbal hasil SUN dengan tenor 3-4 tahun menurun tipis antara 1 sampai 3 bps. Angka tersebut diikuti kenaikan harga berkisar 6 bps.

Lalu, imbal hasil SUN denan tenor 5 tahun turun terbatas sebesar 1,5 bps jadi di level 6,62% diiringi dengan kenaikan harga hingga sebesar 6,5 bps.


Selanjutnya, imbal hasil SUN tenor 10 tahun pun mengikuti tren penurunan sebesar 5 bps bertengger di 6,81% dengan memimpin kenaikan harga sebesar 38,5 bps.

Lalu, imbal hasil tenor 15 tahun turun terbatas sebesar 2,5 bps jadi di angka 7,32% dengan kenaikan harga mencapai 23,5 bps.

Sementara, imbal hasil tenor 20 tahun turun 2,5 bps di level 7,52% dengan kenaikan harga 25 bps.

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menjelaskan, cukup besarnya penurunan imbal hasil SUN disebabkan rilis data neraca perdagangan yang masih tercatat surplus. “Stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat pun jadi katalis jelang berakhirnya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia,” ujarnya kepada KONTAN (16/6).

Selain itu, volume perdagangan SUN pada transaksi kemarin, mencatatkan kenaikan cukup signifikan sebesar Rp 7,72 triliun. Berdasarkan catatan Made, pada perdagangan kemarin, volume yang tercatat senilai Rp 16,15 triliun dari 42 seri SUN yang diperdagangkan. Dari jumlah tersebut, Rp 6,01 triliun merupakan perdagangan seri acuan. Ia menyebutkan, obligasi seri FR0070 membekukan volume perdagangan sebesar Rp 2,36 triliun dari 43 kali transaksi. Harga rata-rata seri tersebut adalah 109%. Lalu, obligasi seri FR0072 sebesar Rp 1,77 triliun dari 111 kali transaksi di harga rata-rata 106,71%. “Sejalan, volume perdagangan obligasi korporasi pun mengalami kenaikan, dengan total Rp 797,1 miliar dari 40 seri,” paparnya. Berdasarkan pengamatannya, obligasi Berkelanjutan II Waskita Karya Tahap III Tahun 2017 Seri A (WSKT02ACN3) merupakan volume yang terbesar dengan jumlah Rp 122,4 miliar dari 3 kali transaksi. Harga rata-rata obligasi ini yaitu 100,23%. Diikuti dengan Obligasi Berkelanjutan II Sumber Alfaria Trijaya Tahap I Tahun 2017 (AMRT02CN1) senilai Rp 86 miliar dari 3 kali transaksi dengan harga rata-rata 100,13%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie