Surplus Neraca Perdagangan Barang Mungkin Bertahan di 2023, Namun Nilainya Menyusut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan barang Indonesia kembali mencetak surplus pada Februari 2023. Bahkan, surplus neraca perdagangan barang lebih tinggi dari bulan sebelumnya. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan barang Indonesia pada periode laporan sebesar US$ 5,48 miliar atau lebih tinggi dari surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$ 3,88 miliar.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, tren surplus neraca perdagangan ini akan bertahan selama beberapa waktu ke depan meski ada normalisasi harga komoditas.


Baca Juga: Neraca Perdagangan Februari 2023 Surplus US$ 5,48 Miliar

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia di sepanjang tahun 2023 tetap akan surplus, walaupun surplusnya melorot dari capaian surplus sepanjang tahun 2022.

“Kami memperkirakan neraca perdagangan barang secara keseluruhan tahun akan syr plus di kisaran US$ 20 miliar hingga US$ 30 miliar, menyusut dari US$ 54,46 miliar pada 2022,” terang Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (15/3).

Dari sisi ekspor, Faisal melihat kemungkinan pertumbuhan ekspor yang melandai sebab harga komoditas yang mulai menurun.

Ini juga didorong oleh permintaan global yang melandai karena inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga acuan yang berlanjut.

Sedangkan kinerja impor diperkirakan meningkat karena permintaan domestik yang mulai menguat. 

Terlebih, pemerintah telah menghapus pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan melanjutkan program strategis nasional yang mendorong daya beli masyarakat. 

Nah, surplus neraca perdagangan akan didorong oleh pembukaan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia, yaitu China. 

Kemudian kondisi Uni Eropa yang lebih baik dari perkiraan. Ini mendorong nilai ekspor untuk tak melandai lebih jauh. 

Baca Juga: Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2023 Diperkirakan Masih Surplus

Sedangkan dari sisi impor, ada risiko pertumbuhan impor yang melandai karena harga minyak yang menurun dan potensi penurunan ekspor. 

Ini karena, sebagian bahan baku yang digunakan untuk ekspor barang berasal dari barang impor. 

Meski secara keseluruhan tahun neraca perdagangan masih berpotensi surplus, Faisal melihat secara bulanan neraca perdagangan barang berpotensi berbalik defisit pada akhir tahun 2023. 

"Ada risiko pada akhir-akhir tahun 2023, neraca perdagangan barang akan berbalik mengalami defisit," tandas Faisal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi