Surplus Neraca Perdagangan Barang pada Juni 2022 Berpotensi Naik, Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan barang Indonesia kembali berpotensi surplus pada bulan Juni 2022. Bahkan, surplus neraca perdagangan barang pada Juni 2022 diperkirakan meningkat dari bulan sebelumnya. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, surplus neraca perdagangan barang pada bulan Juni 2022 sebesar US$ 3,5 miliar, atau lebih tinggi dari surplus pada bulan Mei 2022 yang sebesar US$ 2,9 miliar. 

“Peningkatan neraca perdagangan ini didorong oleh peningkatan ekspor, yang berpotensi meningkat lebih besar dibandingkan dengan peningkatan impor,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (13/7). 


Josua menjelaskan, baik ekspor maupun impor memang diperkirakan meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Ini sejalan dengan efek musiman pasca libur panjang hari raya Idul Fitri yang jatuh pada bulan Mei 2022. Dengan kata lain, ada normalisasi kegiatan ekspor dan impor. 

Baca Juga: Ekonom Prediksi Harga Komoditas Lebih Berfluktuasi pada Semester II 2022

Ia merinci, nilai ekspor pada bulan Juni 2022 diperkirakan sebesar US$ 25,01 miliar atau naik 16,28% mom dan bila dibandingkan dengan Juni tahun lalu, ini naik 34,91% yoy. Peningkatan ekspor ini didorong oleh peningkatan volume ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) setelah pada bulan Mei terjadi larangan ekspor CPO dan turunannya. 

Peningkatan ekspor juga dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas manufaktur China dengan indeks manufaktur sebesar 51,7. Peningkatan ini mendorong lebih besarnya permintaan dari negara yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia itu. 

Sayangnya, ada peristiwa juga yang menghambat pertumbuhan kinerja ekspor pada Juni 2022, yaitu adanya penurunan aktivitas manufaktur di negara mitra dagang Indonesia lainnya, seperti regional Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Jepang. 

Dari sisi impor, Josua meramal impor Juni 2022 akan berada sekitar US$ 21,49 miliar atau naik 15,50% mom. Pun bila dibandingkan dengan Juni 2021, nilai impor ini nampak naik 24,83% yoy. 

Baca Juga: Rupiah Terus Tertekan, Kemenkeu Berkontribusi dengan Jaga Stabilitas Ekonomi Makro

Namun, Josua melihat adanya permintaan impor yang belum meningkat signifikan pada bulan Juni 2022, seiring dengan melambatnya aktivitas manufaktur Indonesia. 

Asal tahu saja, indeks manufaktur Indonesia pada Juni 2022 tercatat 50,2 atau lebih rendah dari 50,8 pada bulan sebelumnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi