KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Desember 2022 berpotensi mencetak surplus, meskipun keuntungan neraca dagang menurun dari bulan sebelumnya. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan, surplus neraca perdagangan pada Desember 2022 sebesar US$ 3,5 miliar hingga US$ 3,7 miliar. Ini lebih rendah dari capaian surplus neraca perdagangan pada November 2022 yang sebesar US$ 5,16 miliar.
Dari perhitungan David, surplus neraca perdagangan yang menurun didorong oleh peningkatan impor yang lebih tinggi dari peningkatan ekspor secara bulanan. Nilai ekspor diyakini mencapai US$ 24,23 miliar atau naik 0,45% MoM. Sedangkan nilai impor diperkirakan mencapai US$ 20,46 miliar atau naik 7,9% MoM. Namun, bila dibandingkan dengan kinerja pada Desember 2021, nilai ekspor diperkirakan naik 8,29%, sedangkan impor turun 4,19% secara tahunan.
Baca Juga: Neraca Transaksi Berjalan Diperkirakan Defisit Pada 2023, Berikut Pemicunya "Bila secara tahunan impor turun, ini karena faktor musiman. Ada hari libur dan biasanya menjelang akhir tahun, aktivitas tak terlalu banyak," tutur David kepada Kontan.co.id, Jumat (13/1). David menduga, tren surplus neraca perdagangan ini masih akan berlanjut pada awal tahun 2023. Ini seiring dengan harga komoditas andalan ekspor yang masih tinggi, meski normalisasi.
Selain itu, harga minyak yang menjadi salah satu komoditas impor Indonesia juga menurun. Sehingga, tren surplus masih akan bertahan. "Harga batubara masih tinggi, harga komoditas minyak yang kita impor sedang turun. Sehingga, masih ada peluang surplus sekitar US$ 2 miliar hingga US$ 5 miliar pada awal tahun," tambah David. Namun, David melihat ada peluang kenaikan impor barang konsumsi pada awal tahun 2023. Ini seiring dengan menjelang hari raya Imlek dan menyambut Idul Fitri. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari