Surplus Neraca Perdagangan Juni 2024 Diproyeksi Menurun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengamat ekonomi memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 akan mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.

Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, memproyeksikan surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 berada pada kisaran US$ 2,23 miliar hingga US$ 2,55 miliar. Angka tersebut turun dari surplus Mei 2024 yang mencapai US$ 2,93 miliar.

"Neraca perdagangan Juni 2024 diperkirakan tetap surplus, namun lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, sekitar US$ 2,23 miliar hingga US$ 2,55 miliar," ujar Banjaran kepada Kontan.co.id, Minggu (14/7).


Baca Juga: Juni 2024, Neraca Perdagangan Indonesia Diperkirakan Surplus tapi Menyusut

Menurut Banjaran, penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan ekspor yang lebih signifikan dibandingkan dengan penurunan impor. Banjaran memperkirakan nilai ekspor pada Juni 2024 akan turun menjadi US$ 21,14 miliar hingga US$ 21,30 miliar, seiring dengan penurunan harga komoditas global.

"Penurunan ekspor juga terlihat dari turunnya impor dari Tiongkok dan AS, sebagai mitra dagang utama Indonesia," tambahnya.

Sementara itu, nilai impor pada Juni 2024 diperkirakan turun menjadi US$ 18,75 miliar hingga US$ 18,91 miliar. Banjaran menjelaskan, penurunan impor domestik ini terindikasi dari melemahnya indeks PMI Manufaktur Indonesia dan turunnya indeks kepercayaan konsumen.

Senada dengan Banjaran, Ekonom Bank BCA, David Samuel, juga memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 menyusut menjadi US$ 2,48 miliar. Nilai ekspor Indonesia meningkat 5,13% secara tahunan (YoY) tetapi turun 3,0% secara bulanan (MtM).

Baca Juga: Neraca Dagang Juni 2024 Diprediksi Surplus US$ 4,05 Miliar

Sementara itu, nilai impor secara tahunan meningkat 11,79% YoY dan secara bulanan turun 1,1% MtM. David menjelaskan bahwa tingginya angka impor secara tahunan ini disebabkan oleh efek dasar rendah (low base effect), di mana volume impor pada tahun sebelumnya tercatat rendah.

"Secara nominal, ekspor dan impor tidak banyak berubah dari bulan sebelumnya, hanya lebih rendah karena harga komoditas secara bulanan melambat dan jumlah hari kerja yang sama dengan bulan sebelumnya. Secara YoY, ekspor batu bara meningkat, sementara CPO dan gas melambat, dan minyak tetap stabil," jelas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .