Surplus Neraca Perdagangan Makin Mini di Februari, Begini Proyeksinya pada Maret 2024



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia masih surplus pada dua bulan pertama 2024. Kendati nilai surplus neraca perdagangan tersebut menciut dari bulan ke bulan. Di mana pada Februari 2024 ini, nilainya paling mini sebesar US$ 0,87 miliar.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, nilai neraca perdagangan di Februari 2024 sesuai perkiraan di mana kecenderungannya makin menurun. Menurutnya, ini disebabkan nilai impor yang meningkat hingga 15% secara tahunan.

“Ini karena faktor seasonal, karena ini puasa masuk bulan ramadan, di bulan Februari mereka biasanya pengusaha maupun pedagang meningkatkan persediaan barang bakunya. Termasuk juga persediaan BBM Pertamina,” ujarny kepada KONTAN, Jumat (15/3).


Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Menciut Jadi US$ 0,87 Miliar di Februari 2024

Faktor lainnya, kata David, disebabkan oleh efek konsumsi dari pengeluaran pemerintah seperti tunjangan terkait El Nino, bansos dan pengeluaran untuk pemilu. “Selain itu harga komoditas juga belum banyak bergerak masih stabil di harga rendah,” terangnya.

David mengungkapkan, di bulan Maret 2024 surplus neraca perdagangan diproyeksikan rebound, sebab di bulan tersebut impor bakal kembali normal.

“Trennya memang turun tapi dari angka yang sekarang kan rendah sekali, jadi bisa rebound di Maret. (Perkiraan) mungkin bisa surplus lebih dari US$ 1 miliar di bulan depan,” ungkapnya.

Senada, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menyampaikan, turunnya surplus neraca perdagangan di Februari 2024 karena melonjaknya impor jelang bulan ramadan.

Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Diprediksi Turun pada Februari 2024, Ini Penyebabnya

Menurutnya, pertumbuhan impor dapat dikaitkan dengan efek dasar yang rendah dari tahun lalu, karena ramadan tahun ini terjadi satu bulan lebih awal. “Lonjakan impor mungkin bersifat sementara dan akan kembali normal setelah perayaan Idul Fitri,” terangnya.

Faiz mewanti-wanti, surplus perdagangan melanjutkan tren penyempitan dari tahun lalu, sehingga bisa menghasilkan defisit yang lebih lebar sebesar 0,8% dari PDB di tahun ini, dibandingkan tahun lalu dengan defisit 0,1% dari PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli