Surplus Neraca Perdagangan Makin Tipis, Akankah Balik Arah Jadi Defisit?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat semakin menipis. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan barang pada Juli 2024 mencapai US$ 0,47 miliar, atau turun US$ 1,92 miliar dari surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$ 2,39 miliar.

Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalia Situmorang menilai, neraca perdagangan Indonesia berpotensi defisit ke depannya. Namun menurutnya defisit tersebut bukan berarti hal yang negatif.

Sebab, dengan meningkatnya investasi asing dan mobilitas aktivitas ekonomi yang semakin solid, impor memang perlahan ada kecenderungan naik.


Baca Juga: AS Jadi Penyumbang Terbesar Surplus Neraca Dagang Indonesia, Defisit Dengan China

“Di periode ini saja (Juli 2024) pertumbuhan impor  lebih signifikan ya, impor tumbuh 11,07% secara tahunan. Sementara Ekspor tumbuh 6,46% secara tahunan,” tutur Ana sapaan akrab Hosianna kepada Kontan, Kamis (15/8).

Meski begitu, Ana belum bisa memastikan kapan neraca perdagangan Indonesia akan berbalik defisit. Hal ini karena, apabila suku bunga global turun, harga dan permintaan komoditas unggulan Indonesia bisa meningkat, sehingga bisa mendorong kinerja ekspor.

Akan tetapi, Ana memperkirakan surplus ekspor ke depannya berpotensi menurun sehingga potensi defisit transaksi berjalan bisa melebar mendekati 1% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Baca Juga: BPS: Impor Bulan Juli 2024 Meningkat 17,82% Jadi US$ 21,74 Miliar

Defisit transaksi berjalan diperkirakan akan melebar karena menurunnya permintaan global dan meningkatnya fragmentasi dalam manufaktur China.

“Bank Indonesia kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan BI7DRR sebesar 6,25% pada rapat Agustus 2024 mendatang,” ungkapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi