Surplus NPI masih berlanjut



JAKARTA. Kondisi fundamental ekonomi Indonesia terus mengalami perbaikan pada awal tahun ini. Salah satunya tergambar dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Triwulan I 2014 yang diprediksi kembali surplus, melanjutkan surplus pada kuartal IV 2013 sebesar US$ 4,41 miliar.

Dalam hitungan Bank Indonesia, NPI Triwulan I ini surplus sebesar US$ 2 miliar. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan periode sama 2013 defisit US$ 6,62 miliar. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juda Agung menjelaskan, surplus neraca pembayaran pada triwulan I 2014 karena kinerja neraca modal dan finansial mencatatkan ada arus modal masuk cukup besar.

Aliran dana masuk alias inflow dari Januari hingga Maret mencapai US$ 5,7 miliar. Khusus untuk Maret 2014 mencapai US$ 2,7 miliar. Ini terdiri dari US$ 1,2 miliar di saham dan US$ 1,4 miliar pada Surat Berharga Negara (SBN).


Aliran dana yang mengalir deras ini akibat membaiknya fundamental ekonomi Indonesia yang terlihat dari tren inflasi yang menurun.  "Neraca dagang juga membaik," kata Juda, akhir pekan lalu.

Sekadar mengingatkan, neraca perdagangan pada Februari mengalami surplus sebesar US$ 785,3 juta. Yang menjadi perhatian BI ke depan adalah risiko perlambatan ekonomi yang terjadi di China. Seperti kita tahu, pertumbuhan ekonomi China tahun ini prediksi tumbuh lebih rendah dari target 7,5%. Alhasil, ekspor Indonesia ke negeri tirai bambu tersebut bisa ikut melemah. Padahal, China merupakan negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia.

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, neraca pembayaran pada triwulan I akan mengalami surplus sekitar US$ 3 miliar. Tanda-tanda surplus terlihat dari kondisi cadangan devisa yang meningkat dari akhir tahun lalu.

Akhir 2013 posisi cadangan devisa US$ 99,4 miliar lalu pada akhir Maret sebesar US$ 102,6 miliar. "Tinggal dikurangi, ada sekitar US$ 3 miliar," tandas Lana.Meski NPI surplus, namun tekanan terhadap nilai tukar rupiah dia prediksi masih cukup besar. Pada Senin (14/4), nilai tukar rupiah pada kurs tengah BI Rp 11.450 per dollar Amerika Serikat (AS), atau terendah pada bulan ini.

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, tekanan pada rupiah wajar terjadi, karena ada perkiraan neraca perdagangan kembali defisit pada Maret 2014.

Namun, Enny, menegaskan, nilai tukar rupiah saat ini sudah cukup baik, sesuai fundamental ekonomi. Hingga akhir tahun, perkiraan Enny, rata-rata nilai tukar rupiah sekitar Rp 11.500 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto