Surplus Solar, Pertamina Patra Niaga Siap Jika Diminta Pasok ke SPBU Swasta



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha Pertamina PT Pertamina Patra Niaga bersiap menghadapi rencana pemerintah  mendorong operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta untuk membeli solar produksi dalam negeri yakni dari PT Pertamina. Ini sejalan dengan rencana pemerintah yang akan menyetop impor solar. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Roberth MV Dumatubun menjelaskan hingga saat ini pihaknya masih belum menerima aturan dan arahan resmi untuk melakukan jual–beli solar dengan badan usaha (BU) hilir migas milik  swasta. Tapi Robert mengaku siap untuk memasok solar untuk SPBU swasta jika diarahkan oleh pemerintah. "Seandainya SPBU swasta itu ingin melakukan pembelian, maka akan kami layani. Untuk di 2026 itu pasti balik lagi, kami kan menunggu arahan dari pemerintah,” kata Roberth kepada awak media di kantor Pertamina Patra Niaga, Jakarta, Senin (22/12/2025).

Baca Juga: HIMKI Proyeksi Ekspor Industri Furnitur Bisa Tembus US$ 6 Miliar pada 2026 Ia menyebut Patra Niaga dengan perusahaan SPBU swasta memiliki kedudukan yang sama. Oleh karena itu, proses pembelian solar akan berdasarkan pada aturan dan permintaan pemerintah terlebih dahulu, seperti yang diterapkan dalam pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) base fuel oleh beberapa SPBU swasta beberapa waktu lalu. Pemerintah berencana menyetop impor solar dan mengandalkan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Kebijakan ini berlaku untuk seluruh badan usaha SPBU di Indonesia. Rencana penyetopan impor tersebut diungkapkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia kepada Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin (15/12/2025) lalu. Menurut Bahlil dengan mulai beroperasinya proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kalimantan Timur, yang akan diresmikan Desember 2025 ini, maka kapasitas produksi solar nasional bertambah sekitar 100.000 barrel per hari. Proyek modernisasi dan pengembangan kilang minyak terbesar yang dikerjakan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) itu bakal memiliki kapasitas pengolahan minyak mentah dari sekitar 260.000 barrel per hari menjadi 360.000 barrel per hari. "Sekalipun belum kita dorong ke B50, itu kita sudah surplus untuk solar. Jadi mulai tahun depan Indonesia tidak lagi melakukan impor solar, karena antara konsumsi dan produksi kita sudah cukup," ujar Bahlil.

Selanjutnya: Jasindo Perkuat Tata Kelola, Laba Bersih Tumbuh 246% di Oktober 2025


Menarik Dibaca: Promo HokBen Hari Ibu 22-24 Desember 2025, Paket Makan Berdua Cuma Rp 30.000-an/Orang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

TAG: