Survei BI: Masyarakat pesimistis melihat ekonomi



JAKARTA. Konsumsi masyarakat tahun 2013 diyakini terus melambat. Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September turun 0,7 poin menjadi 107,1 dari bulan Agustus. Penurunan ini ternyata lebih besar dibanding penurunan IKK di bulan Agustus dari bulan Juli, yang hanya sebesar 0,6 poin menjadi 107,8.

Survei ini dilakukan oleh BI di 18 kota, baik di pulau Jawa maupun luar Jawa. Menurut survei ini, penurunan terjadi karena tingginya tekanan inflasi, serta melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal itu, membuat ekspektasi konsumen terhadap perekonomian Indonesia menurun. Indikasinya adalah tingkat Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) bulan September juga turun dari bulan Agustus menjadi 108,6 dari 110,8.

Masyarakat mengaku pesimistis terhadap kondisi dunia usaha, yang berakibat pada ketersediaan lapangan kerja. Dari hasil survei dapat dilihat, bahwa tingkat ekspektasi terhadap pekerjaan turun 0,6 poin. Bukan hanya itu, ekspektasi terhadap penghasilan juga mengalami penurunan 0,1 poin. Kondisi ini jelas menunjukkan masyarakat merasakan daya belinya terancam.


Apalagi, masyarakat juga mengaku pesimistis terhadap kenaikan harga yang akan terjadi hingga akhir tahun 2013 nanti. Hal itu wajar, sebab dalam tiga bulan terakhir masyarakat akan menghadapi dua perayaan besar, yaitu hari raya natal dan tahun baru. Hal itu diperkirakan akan mendongkrak permintaan, yang otomatis juga akan mengerek harga kebutuhan pangan.

Harga makanan masih naik

Bahkan, dari survey BI juga dapat dilihat Indeks Ekspektasi Harga (IEH) diperkirakan akan meningkat dari 166 menjadi 171,5. Kenaikan harga akan terjadi pada kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau. 

“Selain itu, IEH juga akan mengalami kenaikan dalam waktu enam bulan ke depan, karena faktor Pemilu di 2014,” demikian pernyataan resmi Bank Sentral.

Ekonom Bank International Indonesia (BII) Juniman mengatakan, survei ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih pesimis melihat ekonomi Indonesia ke depan. Hanya saja menurutnya, kesimpulan yang diambil oleh masyarakat berdasarkan kondisi ekonomi di bulan Juli dan Agustus yang cenderung memburuk. Pada bulan Juli misalnya, inflasi menyentuh angka 3,29%.

"Wajar masyarakat pesimis, karena referensinya ketika perekonomian memburuk," ujar Juniman, Kamis (10/10) kepada KONTAN. Juniman berpendapat, jika berdasarkan kondisi ekonomi saat ini, maka seharusnya ekspektasi masyarakat bisa lebih baik.

Ia berharap, laju inflasi bisa membaik di akhir tahun. Apalagi, September lalu terjadi deflasi 0,35%. Ia yakin, hal yang sama akan terulang Oktober ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: