Survei CSIS: Elektabilitas Golkar & PDIP tertinggi



JAKARTA. Hasil survei Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) terakhir menunjukan dua partai politik bersaing ketat dalam tingkat dukungan publik di pemilu 2014 meninggalkan 10 parpol peserta pemilu lain. Ke dua parpol tersebut, yakni Partai Golkar dan PDI Perjuangan.

Hasil survei disampaikan Ketua Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS Philips J Vermonte dan peneliti senior CSIS J Kristiadi saat jumpa pers di Jakarta, Minggu ( 26/5/2013 ).

Survei tersebut dilakukan secara tatap muka dengan jumlah responden 1.635 orang yang berada di 31 provinsi pada 9-16 April 2013 . Warga Papua dan Papua Barat tidak dilakukan survei lantaran situasi yang tidak kondusif.


Hasilnya, elektabilitas Partai Golkar sebesar 13,2 persen dan PDI Perjuangan 12,7 persen. Di bawah dua parpol itu, berurutan Partai Gerindra 7,3 persen, Partai Demokrat 7,1 persen, Partai Amanat Nasional 4 persen, Partai Kebangkitan Bangsa 3,5 persen.

Selanjutnya, Partai Keadilan Sejahtera sebesar 2,7 persen, Partai Persatuan Pembangunan 2,2 persen, Partai Hanura 2,2 persen, Partai Nasdem 1,3 persen, Partai Bulan Bintang 0,4 persen, dan di urutan terakhir Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 0,2 persen.

Angka itu bisa saja berubah lantaran margin of error atau tingkat kesalahan sebesar 2,42 persen. Seperti survei selama ini, tingkat undecided voters dan golput masih tinggi. Sebanyak, 40,5 persen responden belum menentukan pilihan dan 2,7 persen golput.

Philips menjelaskan, Partai Golkar memperlihatkan tingkat dukungan yang cukup solid. Survei CSIS pada 2012 , elektabilitas Golkar sama. "Ini mengindikasikan bahwa Golkar memiliki jaringan mesin partai yang solid di daerah dan menandai bahwa Golkar adalah partai parlemen," katanya.

Adapun PDIP, tambah Philips, mengalami tren kenaikan dukungan publik. Survei CSIS pada Januari 2012 , elektabilitas PDIP sebesar 7,8 persen, Juni 2012 11 ,6 persen, dan April 2013 12 ,7 persen. "Parpol lain perlu belajar dari PDIP bahwa dua periode menjadi opsisi tapi tidak mati," tegas dia.

Kompas.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Amal Ihsan