JAKARTA. Indikator Politik Indonesia membeberkan hasil surveinya yang bertajuk Split-Ticket Voting, yaitu Karakteristik Personal dan Elektabilitas Bakal Calon Presiden. Hasilnya, calon presiden Joko Widodo masih mengungguli Prabowo Subianto. Menurut Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator, survei ini bertujuan melihat hubungan antara persepsi pemilih terhadap karakteristik personal calon presiden (capres) dengan pilihan. “Terdapat fenomena yaitu maraknya split-ticket voting. Yakni dukungan konstituen yang tidak linear antara keputusan elit partai dengan basis pemilihnya. Dalam pemilu presiden, akan banyak konstituen partai yang memilih calon yang tidak didukung elit partainya sendiri,” kata Burhanuddin, di Jakarta belum lama ini. Dengan jumlah sampel 1.220, margin of error ±2,9% pada tingkat kepercayaan 95%, Indikator membagi menjadi lima cara survei yakni Top of Mind, Semi Terbuka 31 Nama, Pilihan 14 Nama, Simulasi 3 Calon dan Foto Calon. Jokowi secara meyakinkan mengungguli Prabowo Subianto dari semua lima metoda penghitungan tersebut. Adapun Aburizal Bakrie tertinggal jauh di posisi ketiga. Jokowi unggul dengan kisaran angka 46,3 %, diikuti Prabowo 29,7 % dan Aburizal 11,6%. “Dari hasil ini bisa diramalkan hanya Jokowi dan Prabowo yang akan bersaing ketat di pemilihan nanti,” tegas Burhanuddin singkat. Tak hanya itu, dalam survei post-election yang juga bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia (YPDI) dan Australian National University (ANU) ini, Jokowi juga unggul sebanyak 95% dibanding Prabowo (92%) dan Aburizal (85%) dalam hal lebih banyak dikenal pemilih. Persaingan ketat juga terjadi dari sisi kualitas dimana Jokowi dengan 85%, disusul Prabowo (82%) dan Aburizal yang jauh dibawah keduanya (59%). “Salah satu kesimpulannya adalah, hingga April 2014, sementara elektabilitas Jokowi masih teratas, disusul Prabowo di peringkat kedua dengan selisih sekitar 15%,” ungkap Burhanuddin.
Survei Indikator: Jokowi masih unggul dari Prabowo
JAKARTA. Indikator Politik Indonesia membeberkan hasil surveinya yang bertajuk Split-Ticket Voting, yaitu Karakteristik Personal dan Elektabilitas Bakal Calon Presiden. Hasilnya, calon presiden Joko Widodo masih mengungguli Prabowo Subianto. Menurut Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Indikator, survei ini bertujuan melihat hubungan antara persepsi pemilih terhadap karakteristik personal calon presiden (capres) dengan pilihan. “Terdapat fenomena yaitu maraknya split-ticket voting. Yakni dukungan konstituen yang tidak linear antara keputusan elit partai dengan basis pemilihnya. Dalam pemilu presiden, akan banyak konstituen partai yang memilih calon yang tidak didukung elit partainya sendiri,” kata Burhanuddin, di Jakarta belum lama ini. Dengan jumlah sampel 1.220, margin of error ±2,9% pada tingkat kepercayaan 95%, Indikator membagi menjadi lima cara survei yakni Top of Mind, Semi Terbuka 31 Nama, Pilihan 14 Nama, Simulasi 3 Calon dan Foto Calon. Jokowi secara meyakinkan mengungguli Prabowo Subianto dari semua lima metoda penghitungan tersebut. Adapun Aburizal Bakrie tertinggal jauh di posisi ketiga. Jokowi unggul dengan kisaran angka 46,3 %, diikuti Prabowo 29,7 % dan Aburizal 11,6%. “Dari hasil ini bisa diramalkan hanya Jokowi dan Prabowo yang akan bersaing ketat di pemilihan nanti,” tegas Burhanuddin singkat. Tak hanya itu, dalam survei post-election yang juga bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia (YPDI) dan Australian National University (ANU) ini, Jokowi juga unggul sebanyak 95% dibanding Prabowo (92%) dan Aburizal (85%) dalam hal lebih banyak dikenal pemilih. Persaingan ketat juga terjadi dari sisi kualitas dimana Jokowi dengan 85%, disusul Prabowo (82%) dan Aburizal yang jauh dibawah keduanya (59%). “Salah satu kesimpulannya adalah, hingga April 2014, sementara elektabilitas Jokowi masih teratas, disusul Prabowo di peringkat kedua dengan selisih sekitar 15%,” ungkap Burhanuddin.