KONTAN.CO.ID - DW.Jerman memperoleh hampir 1,9 triliun euro antara tahun 1999 dan 2017 sebagai hasil dari pemberlakuan mata uang bersama Eropa, euro, kata Center for European Policy (CEP) ketika memperkenalkan hasil penelitian terbarunya hari Senin (25/2). Lembaga tangki pemikir yang berbasis di Freiburg ini mengkaji serta mengevaluasi berbagai kebijakan UE. Peneliti CEP Alessandro Gasparotti dan Matthias Kullas memperkenalkan hasil penelitian itu yang diberi judul "20 Tahun Euro: Pemenang dan Pecundang". Mereka menganalisis negara mana saja yang telah memperoleh keuntungan dari euro selama ini dan negara mana yang mengalami kerugian. Penelitian itu menyebutkan, Jerman dan Belanda menjadi satu-satunya negara yang telah memperoleh keuntungan besar dari pemberlakuan euro. Di Jerman selama jangka waktu dua dasawarsa ini, mata uang baru itu menciptakan keuntungan rata-rata 23 ribu euro per penduduk. Secara keseluruhan Jerman meraup keuntungan sekitar 3 triliun euro.
Yunani pada awalnya juga memetik keuntungan, namun sejak 2011 menderita kerugian besar. Selama 20 tahun pemberlakuan mata uang euro, Yunani hanya bisa membukukan kenaikan 2 miliar euro, berarti keuntungan per kapitanya hanya 190 euro per penduduk. Di luar Jerman dan Belanda, tren menunjukkan ada penurunan kemakmuran di negara-negara euro. Daya saing jadi faktor penting Salah satu alasan utama penurunan kemakmuran adalah daya saing internasional, kata penelitian itu. Sebelum mata uang euro diperkenalkan, negara-negara dapat mendevaluasi mata uang mereka untuk membuat ekspor mereka lebih murah di pasar dunia. Ini membuat mereka jadi lebih kompetitif secara global dan merupakan alat yang sering digunakan untuk keluar dari kesulitan ekonomi. "Masalah daya saing berbeda dari negara-negara zona euro masih belum terpecahkan," tulis para peneliti CEP Alessandro Gasparotti dan Matthias Kullas. "Yunani dan Italia khususnya, saat ini sedang mengalami kesulitan besar karena mereka tidak dapat mendevaluasi mata uang mereka." Mengukur dampak pemberlakuan euro