JAKARTA. Charta Politika Indonesia merilis hasil temuan penelitiannya dan menempatkan PDI Perjuangan sebagai partai dengan angka elektabilitas tertinggi dengan perolehan sebesar 15,8%. Kemudian posisi kedua disusul oleh Partai Golkar dengan perolehan sebesar 15,6%. "Posisi ketiga ditempati Gerindra 7,8%, lanjut Partai Demokrat 7,4%, PKB dengan 5,9%, PAN 4,4%, Hanura 4,1%, Nasdem 3,9%, PKS 3,8%, PPP 3,8%, PBB, 0,4%, PKPI dengan 0,3%, dan sisanya tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 29,7%," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam presentasinya di Gedung DPR (Senin, 23/12). Menguatnya PDI Perjuangan, lanjut Yunarto, disebabkan karena sebagian besar pemilih tertarik dengan figur Joko Widodo. "Kami menemukan 38,1 masyarakat mengaku memilih PDI Perjuangan karena tertarik dengan sosok Joko Widodo," imbuhnya. Lebih lanjut, 55,4% pemilih Gerindra mengaku memilih karena tertarik figur Prabowo, 39, 4% mengaku memilih karena SBY, 32, 1% karena tertarik dengan sosok Amien Rais, 42% pemilih Hanura mengaku memilih karena tertarik dengan Wiranto, 51% pemilih Nasdem karena figur Surya Paloh dan 40% pemilih PKPI karena figur Sutiyoso. Sementara itu, alasan berbeda ditemukan di sejumlah parpol yang pemilihnya cenderung tidak mendasarkan pilihannya karena figur tokoh yang melekat dengan parpolnya. "29% pemilih Golkar mengaku memilih Golkar karena sudah terbiasa memilih partai tersebut. 40,8% pemilih PKB mengaku memilih karena menganggap PKB mewakili aspirasi Nahdlatul Ulama. 37% pemilih PPP mengaku memilih karena dianggap mewakili aspirasi umat. 45,8% pemilih PKS mengaku memilih karena karena dianggap mewakili aspirasi umat. 66,6% karena dianggap mewakili aspirasi umat," tandas Yunarto. Selain itu, Charta Politika juga menemukan bahwa gejala personalisasi cenderung menguat akhir-akhir ini. Gejala ini tampak dari menguatnya peran dan pengaruh tokoh-tokoh kunci partai politik. "Gejala ini kami istilahkan 'demokrasi kultus' di tingkat parpol. Parpol cenderung hanya jadi fans klub. Pada batas tertentu gejala tersebut mengkhawatirkan karena akan memperlemah penguatan pelembagaan parpol," tandasnya. Kesimpulan lainnya berdasarkan temuan Charta Politika adalah empat partai Islam tidak memiliki tokoh sebagai magnet elektoral alias krisis figur.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Survei PDIP tertinggi karena sosok Jokowi
JAKARTA. Charta Politika Indonesia merilis hasil temuan penelitiannya dan menempatkan PDI Perjuangan sebagai partai dengan angka elektabilitas tertinggi dengan perolehan sebesar 15,8%. Kemudian posisi kedua disusul oleh Partai Golkar dengan perolehan sebesar 15,6%. "Posisi ketiga ditempati Gerindra 7,8%, lanjut Partai Demokrat 7,4%, PKB dengan 5,9%, PAN 4,4%, Hanura 4,1%, Nasdem 3,9%, PKS 3,8%, PPP 3,8%, PBB, 0,4%, PKPI dengan 0,3%, dan sisanya tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 29,7%," kata Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dalam presentasinya di Gedung DPR (Senin, 23/12). Menguatnya PDI Perjuangan, lanjut Yunarto, disebabkan karena sebagian besar pemilih tertarik dengan figur Joko Widodo. "Kami menemukan 38,1 masyarakat mengaku memilih PDI Perjuangan karena tertarik dengan sosok Joko Widodo," imbuhnya. Lebih lanjut, 55,4% pemilih Gerindra mengaku memilih karena tertarik figur Prabowo, 39, 4% mengaku memilih karena SBY, 32, 1% karena tertarik dengan sosok Amien Rais, 42% pemilih Hanura mengaku memilih karena tertarik dengan Wiranto, 51% pemilih Nasdem karena figur Surya Paloh dan 40% pemilih PKPI karena figur Sutiyoso. Sementara itu, alasan berbeda ditemukan di sejumlah parpol yang pemilihnya cenderung tidak mendasarkan pilihannya karena figur tokoh yang melekat dengan parpolnya. "29% pemilih Golkar mengaku memilih Golkar karena sudah terbiasa memilih partai tersebut. 40,8% pemilih PKB mengaku memilih karena menganggap PKB mewakili aspirasi Nahdlatul Ulama. 37% pemilih PPP mengaku memilih karena dianggap mewakili aspirasi umat. 45,8% pemilih PKS mengaku memilih karena karena dianggap mewakili aspirasi umat. 66,6% karena dianggap mewakili aspirasi umat," tandas Yunarto. Selain itu, Charta Politika juga menemukan bahwa gejala personalisasi cenderung menguat akhir-akhir ini. Gejala ini tampak dari menguatnya peran dan pengaruh tokoh-tokoh kunci partai politik. "Gejala ini kami istilahkan 'demokrasi kultus' di tingkat parpol. Parpol cenderung hanya jadi fans klub. Pada batas tertentu gejala tersebut mengkhawatirkan karena akan memperlemah penguatan pelembagaan parpol," tandasnya. Kesimpulan lainnya berdasarkan temuan Charta Politika adalah empat partai Islam tidak memiliki tokoh sebagai magnet elektoral alias krisis figur.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News