KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana kenaikan tarif ojek online (ojol) menuai beragam reaksi. Rencana ini pun diperkirakan bakal berdampak negatif bagi konsumen dan mitra pengemudi. Hal ini berdasarkan hasil studi yang dilakukan Research Institute of Socioeconomic Development (Rised) mengenai wacana kenaikan tarif ojek online. Ketua Tim Peneliti Rised Rumayya Batubara mengatakan, survei dilakukan terhadap 2.001 responden yang tersebar di 10 provinsi dan berlangsung selama dua minggu pada Januari 2019. Berdasarkan hasil survei ini, diketahui sebanyak 45,83% konsumen ojek online yang didominasi masyarakat pendapatan rendah mengatakan tarif ojek online sesuai dengan kondisi keuangan mereka. Saat ini, tarif ojek online adalah Rp 2.200 per kilometer.
Akan tetapi, sebanyak 27,99% masih menganggap tarif ojek online kemahalan, dan sisanya 26,19% mengatakan terlampau murah. Selain itu, lebih dari 70% responden menyatakan pula mereka tak senang dengan rencana kenaikan tarif ojek online. "Jadi kenaikan tarif itu, kita lihat 74% konsumen tidak happy dengan kondisi tarif itu. 22% mengatakan, tidak mau atau tidak menghendaki adanya tambahan biaya sama sekali, sedangkan 48% bersedia, tetapi kurang dari Rp 5.000 per hari," kata Rumayya dalam jumpa pers Jakarta, Senin (11/2). Dia menjelaskan, studi ini juga mengungkapkan, jarak tempuh rata-rata konsumen ojol sekitar 8,8 kilometer per hari. Sehingga, adanya wacana tarif naik menjadi Rp 3.100 dari Rp 2.200, setelah dihitung menghasilkan Rp 7.920 kenaikan tambahan pengeluaran bagi konsumen. "Tujuh dari 10 konsumen akan menolak ada kenaikan tarif," sebut Rumayya.
Ia menambahkan, sebanyak 41% konsumen menggunakan ojek online untuk perjalanan menuju tempat-tempat transportasi publik serta 71% menuju ke sekolah dan kantor. Bahkan, tak kurang dari 50% responden diketahui sudah meninggalkan kendaraan pribadi sebagai alat transportasi utama karena kehadiran ojek online. "Artinya ini (ojek online) jadi supporting system untuk alat transportasi yang sudah ada kayak KRL, TransJakarta. Ojol sudah menjadi hub. Bayangkan kalau tarifnya naik, kalau dia sudah nyaman dengan tarif sebelumnya, bisa kembali lagi menggunakan transportasi pribadi," terang Rumayya. (
Murti Ali Lingga)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli