Survei: Tren harga emas melorot minggu depan



LONDON. Hasil survei menunjukkan, kontrak harga emas kemungkinan akan melorot minggu depan. Pemicunya, harga emas saat ini sudah naik tajam sehingga rentan profit taking. Sekitar 13 dari 26 atau 50% trader, investor, dan analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, harga emas akan mengalami penurunan. Delapan trader memprediksi kenaikan harga emas, dan lima lainnya memilih netral. Asal tahu saja, kemarin pada pukul 11.15, kontrak harga emas untuk pengantaran cepat naik 0,7% pada minggu ini di level US$ 1.335 per troy ounce di Comex, New York. Harga emas sempat menyentuh rekor tertinggi pada level US$ 1.388,10 pada 14 Oktober lalu. Sebelumnya, harga emas mengalami reli selama lima minggu berturut-turut seiring dengan pelemahan dollar. Keoknya dollar terkait dengan beredarnya spekulasi mengenai rencana pembelian surat utang pemerintah (quantitative easing) oleh the Federal Reserve. Namun, dollar sempat rebound setelah muncul spekulasi quantitative easing akan dilakukan secara bertahap, sehingga memperlambat depresiasi atas dollar. Nah, biasanya, pergerakan harga emas bertolakbelakang dengan pergerakan dollar. "Ekspektasi dilakukannya quantitative easing secara bertahap mendorong dilakukannya aksi jual di pasar emas. Tren jangka pendek sepertinya berubah setelah harga emas mendekati level terendah dalam seminggu terakhir," papar Mark O'Byrne, executive director GoldCore Ltd di Dublin. Sekadar tambahan, Goldman Sachs Group Inc memprediksi, nilai stimulus yang bakal digelontorkan the Fed akan berada di kisaran US$ 1 triliun hingga US$ 2 triliun untuk Bank of America-Merrill Lynch. Sejumlah ekonom di dua perusahaan tersebut sepakat, the Fed akan mengumumkan penggelontoran stimulus US$ 500 miliar setelah pertemuan pimpinan the Fed pada 2-3 November mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie