KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (
SBMA) menargetkan penjualan yang lebih tinggi sepanjang tahun 2021. Emiten berkode SBMA itu berharap bisa mengantongi penjualan hingga Rp 83 miliar. "Semester pertama sudah Rp 39,5 miliar. Jadi kami optimistis bisa on target di tutup buku tahun 2021," ujar Direktur PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk Iwan Sanyoto dan Direktur & Corporate Secretary SBMA Cintia Kasmiranti kepada Kontan.co.id, Rabu (8/9). Sebelumnya juga diungkapkan, bisnis SBMA yang bergerak di industri kimia anorganik gas industri itu memiliki prospek yang menarik ke depan. Apalagi, SBMA berbasis di Kalimantan dengan kebutuhan industri akan gas atau oksigen untuk menunjang proses produksi sangat besar.
Termasuk, kebutuhan oksigen medis yang saat ini permintaan sangat tinggi lantaran banyaknya pasien yang terpapar Covid-19. "Oleh sebab itu sebagai perusahaan yang juga mampu memproduksi oksigen dan produk kimia anorganik, tentunya dapat memanfaatkan peluang pasar tersebut," jelas manajemen dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (8/9).
Baca Juga: Lima Emiten Listing Hari Ini (8/9), CMNT, RUNS, SBMA dan RSGK Sukses ARA, GTSI ARB Khusus untuk oksigen medis, SBMA memproyeksikan kebutuhannya akan terus meningkat hingga tahun 2025, seiring dengan banyaknya rumah sakit baru yang berdiri. SBMA juga memperkirakan pasar oksigen medis akan mencapai lebih dari Rp35 miliar per tahun. Pasar yang begitu besar ini akan digarap oleh SBMA dengan strategi penjualan produk secara bulk size atau berupa liquid. Hal ini dilakukan untuk memudahkan SBMA melakukan penetrasi pasar pada daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dengan kendaraan besar. Di sisi lain, SBMA juga tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan pangsa pasar dalam bentuk likuid. Propsek yang menarik juga ditopang oleh minimnya kompetitor. Di Kalimantan, jumlah industri yang memproduksi produk yang sama dengan SBMA sangat terbatas. Melihat potensi yang baik ke depan, SBMA menggunakan dana yang diperoleh melalui initial public offering (IPO) untuk pengembangan usahanya. Asal tahu saja, sekitar 49,01% dari dana yang dikantongi akan dimanfaatkan untuk pengadaan lahan guna perluasan pabrik. Tanah seluas 20,503 meter persegi yang terletak di belakang lahan eksisting itu akan digunakan untuk storage/ workshop, manuver, serta water treatment. Sementara itu, sekitar 37% dari dana yang dihimpun akan diserap untuk pengembangan pabrik.
Baca Juga: Perdana melantai di bursa, saham Surya Biru Murni (SBMA) mentok auto rejection atas Sebagai gambaran pada tahun 2020, penjualan SBMA mencapai 3,5 juta liter per tahun, sementara kapasitas maksimal pabrik tercatat 2 juta liter per tahun.
Melihat kondisi tersebut, SBMA berencana meningkatkan kapasitas pabrik dengan menambah tiga unit lorry tank, 50 tabung vgl oxygen, dan investasi 5.000 tabung yang akan dibeli dari pihak ketiga. Dengan pengembanagan tersebut, diharapkan kapaistas pabrik baru bisa mencapai 10 juta liter per tahun. Adapun 13,99% dari dana IPO lainnya digunakan sebagai modal kerja, misalnya untuk biaya langsung produksi, biaya overhead pabrik, dan biaya distribusi produk perseroan. Asal tahu saja, saat penawaran umum perdana saham atau IPO, SBMA melepas 278,4 juta saham dengan harga penawaran Rp 180 per sahamnya. Dus, SBMA mengantongi dana segar hingga Rp 50,11 miliar melalui aksi korporasi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi