KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pangsa pemirsa atawa
audience share yang tinggi menjadi modal berharga bagi PT Surya Citra Media Tbk (
SCMA) dalam memenangkan persaingan dengan emiten media lainnya. Faktor
audience share ini juga berpengaruh besar terhadap kinerja perusahaan. Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya menjelaskan, pangsa pemirsa SCMA tergolong solid dan terus meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Mengutip riset per 4 Juni, pangsa pemirsa SCMA di seluruh waktu tayang mampu menduduki posisi pertama, dengan pencapaian 33,4% hingga bulan April lalu. Angka ini lebih tinggi ketimbang MNCN dan Trans Group, yang masing-masing memiliki pangsa pemirsa sebesar 30,7% dan 13,4%. Khusus di jam
prime time, posisi pangsa pemirsa SCMA, melalui stasiun televisi SCT,V masih menjadi yang terbaik, dengan perolehan 21% hingga bulan April lalu. ANTV dan Trans Group mengekor dengan pangsa pemirsa sebesar 16,9% dan 15,2%.
Berkat pangsa pemirsa yang besar, kinerja SCMA pun kian solid. Buktinya, di kuartal I-2018 lalu, pendapatan emiten yang tercatat di bursa sejak 2002 tersebut melonjak 15% menjadi Rp 1,16 triliun dibanding kuartal I-2017. Alhasil, laba bersih perusahaan yang menjadi induk SCTV dan Indosiar ini juga melesat 19,29% menjadi Rp 359,19 miliar. Christine berpendapat, selain ditunjang oleh pangsa pasar yang besar, kinerja apik SCMA juga disokong oleh meningkatnya pendapatan iklan. Perlu diketahui, di tiga bulan pertama 2018 lalu, pendapatan SCMA dari sektor iklan meningkat sekitar 15,12% menjadi Rp 1,38 triliun. Pendapatan iklan ke depan diyakini masih tinggi. "Banyak perusahaan konsumer yang memanfaatkan momentum Ramadan hingga tahun pemilu untuk memperbanyak iklan di TV," kata dia, Selasa (5/6). Biaya program Analis Ciptadana Sekuritas Asia Fransisca Putri menyampaikan, peningkatan pangsa pasar SCMA juga didorong kehadiran program yang menjadi andalan emiten tersebut. Selain terdapat sinetron yang diproduksi oleh Sinemart, SCMA juga berinvestasi pada program baru, yaitu Liga Dangdut dan Go-Jek Liga 1 yang mulai tayang pada bulan Maret lalu. Bukan hanya itu, SCMA juga memiliki hak siar penayangan Liga Champions. Biasanya, program ini laris-manis ditonton masyarakat. Memang, banyaknya program acara yang ditayangkan stasiun televisi milik SCMA membuat biaya program dan penyiaran meningkat 18,6% (yoy) di kuartal satu menjadi Rp 483,62 miliar. Tapi, Fransisca yakin biaya tersebut akan berkurang jelang berakhirnya kuartal kedua. Sebab, saat itu musim Liga Champions telah berakhir, sehingga pertumbuhan biaya program dan penyiaran tidak lagi mencapai dua digit. Tapi Analis JP Morgan Indra Cahya berpendapat, SCMA berpotensi menemui tantangan dalam mempertahankan pangsa pasarnya pada periode JuniJuli. Hal tersebut mengingat saat itu akan berlangsung perhelatan Piala Dunia 2018 yang disiarkan oleh Trans Group. Ajang Piala Dunia dapat memicu persaingan antarmedia. Apalagi, sebagian besar jam tayang Piala Dunia edisi terkini berada di jam
prime time. Menurut Indra, berkaca pada Piala Dunia 2014 silam, VIVA sebagai pemegang hak siar mengalami kenaikan pangsa pemirsa yang signifikan pada akhir tahun tersebut menjadi 11,2%. Padahal, di tahun sebelumnya, pangsa pemirsa perusahaan media tersebut hanya 5,7%. "Jika skenario ini terulang, ada risiko peningkatan persaingan pangsa pemirsa yang dimulai pada kuartal III-2018," terang Indra dalam riset 28 Mei. Meski begitu, Fransisca menganggap kehadiran Piala Dunia tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kinerja SCMA. "Target pemirsa Piala Dunia dan program acara SCMA tidak saling berkaitan," ujar dia. Senada, Christine menilai, potensi peningkatan persaingan terhadap pangsa pemirsa merupakan hal yang wajar terjadi dalam industri media. Alhasil, SCMA tidak perlu terlalu mengkhawatirkan sentimen tersebut. Dia menambahkan, dalam jangka menengah, prospek SCMA pada dasarnya masih cukup baik. Hal ini didukung oleh perhelatan Asian Games 2018, yang mana SCMA menjadi pemegang hak siar turnamen tersebut.
Christine memprediksi SCMA mampu memperoleh pendapatan iklan Rp 150 miliar berkat adanya Asian Games pada Agustus nanti. Perusahaan ini pun menurutnya telah menargetkan pertumbuhan pendapatan mencapai 20%–25% (yoy) pada kuartal III-2018 mendatang. Christine merekomendasikan beli saham SCMA dengan target Rp 2.980 per saham. Ia memprediksi, pendapatan SCMA akan mencapai Rp 4,97 triliun pada akhir tahun nanti. Bersamaan dengan itu, laba bersihnya diharapkan naik mencapai Rp 1,49 triliun. Fransisca juga menyarankan beli saham SCMA dengan target Rp 3.100 per saham. Indra merekomendasikan
overweight saham SCMA dengan target harga Rp 2.800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini