Surya Esa melebarkan sayap di amonia



JAKARTA. Diversifikasi usaha adalah salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan kinerja. Cara ini juga ditempuh PT Surya Esa Perkasa Tbk. Surya Esa bakal mengawali pembangunan pabrik amonia pada Juni atau Juli tahun ini. Dus, amonia bakal menjadi lini bisnis ketiga Surya Esa, setelah liquid petroleum gas (LPG) dan kondesat.

Pabrik ini berlokasi di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Pabrik amonia ini akan berdiri di atas lahan 25 hektare (ha). Total luasan lahan Surya Esa sendiri  200 ha.

Surya Esa merancang pabrik ini memiliki kapasitas produksi 700.000 ton per tahun. "Akan masuk tahap konstruksi pada bulan ini atau bulan depan," aku Khanisk Laroya, Sekretaris Perusahaan Surya Esa Perkasa, Senin (9/6).


Perusahaan berkode ESSA di Bursa Efek Indonesia ini mempercayakan pembangunan pabrik amonianya di bawah konsorsium Toyo Engineering Corp. bersama PT Inti Karya Persada Teknik. Nilai investasi pabrik ini US$ 550 juta. Pabrik ini ditargetkan rampung pada kuartal II-2016.

Mengenai pasokan bahan baku, Surya Esa tak khawatir. Perusahaan ini sebelumnya telah menandatangani pembelian gas dari joint operating body (JOB) Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi senilai US$ 1,4 miliar.

Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi menyepakati memasok gas sebanyak 55 million standard cubic feet per day (mmscfd). Pengiriman gas akan dilaksanakan  di kuartal IV-2016 hingga 2027.

Meski baru ditargetkan rampung dua tahun lagi, Surya Esa sudah menghitung potensi pendapatan dari lini bisnis barunya ini. Kelak, saat pabrik amonia 100% beroperasi, perusahaan ini menaksir bisnis amonia bisa mendatangkan pendapatan hingga US$ 270 juta per tahun.

Sekadar membandingkan, total pendapatan Surya Esa di 2013 lalu adalah US$ 42,24 juta. Ini pendapatan dari penjualan elpiji. Itu berarti, target pendapatan dari bisnis amonia ini termasuk fantastis, karena sampai lebih dari enam kali lipat pendapatan elpiji.

Pasang mesin baru

Selain masuk ke lini bisnis baru, Surya Esa tak melupakan bisnis lamanya. Perusahaan ini juga berencana menambah kapasitas produksi pabrik elpiji di Palembang, Sumatera Selatan dengan cara membekali mesin–mesinnya dengan teknologi Turbo Expander. "Mesin ini akan masuk secara bertahap," jelas Khanisk.

Surya Esa menargetkan mesin teknologi baru tersebut sudah bisa beroperasi per Oktober 2014 ini. Perusahaan ini optimistis pengoperasian mesin baru akan menaikkan kapasitas produksi elpiji dari 33.797 metrik ton (MT) per tahun menjadi 61.000 MT per tahun.

Hanya, sebelum semua mesin teknologi baru tersebut beroperasi, Surya Esa harus lebih dahulu menonaktifkan pabrik selama enam minggu untuk mengatur sistem mesin. Oleh karena itu, hingga sebelum proses produksi harus dihentikan sementara, perusahaan ini bakal mengejar produksi supaya target kinerja 2014 bisa tercapai.

Asal tahu saja, tahun lalu Surya Esa Perkasa memproduksi elpiji sebanyak 44.887 MT, naik 36,98% dari produksi tahun 2012 yang sebanyak 32.768 MT. Sementara produksi kondensat tahun lalu sebesar 148.851 barel, naik sekitar 33,33% dari produksi tahun 2012 yang sebanyak 111.639 barel. "Target elpiji dan kondensat tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu," ujar Khanisk.

Namun, hingga kuartal I-2014, Surya Esa sama sekali belum mencatatkan pendapatan dari penjualan kondensat. Di luar pendapatan jasa  pengolahan, perusahaan ini baru mencatatkan pendapatan dari elpiji saja, yakni sebesar US$ 9,99 juta.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anastasia Lilin Yuliantina