KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten lahan industri, konstruksi, hotel, dan real estate, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mengungkapkan optimisme bisnis pada 2025 mendatang. Pada media gathering yang berlangsung di Kuningan, Jakarta Selatan, VP Investor Relation & Corporate Communication SSIA Erlin Budiman menuturkan tahun depan Perusahaan memiliki beberapa proyek yang menarik. "Secara bisnis tahun depan proyeksi kami cukup baik dan kami juga memiliki exciting news juga namun memang belum dapat di-disclose. Hopefully semua sedang dalam proses dan seiring dengan adanya kabinet baru, kami juga menunggu approval hingga perjanjian secara resmi atau official," papar Erlin saat ditemui media di Gran Via Cafe di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (10/2).
Baca Juga: Surya Semesta (SSIA) Catat Laba Bersih Rp 228,41 Miliar per Kuartal III 2024 Tahun depan, SSIA mematok target pendapatan dan laba hingga alokasi capex lebih tinggi dibandingkan tahun 2024. Erlin mengungkapkan tahun depan memproyeksikan pendapatan sekitar Rp6,3 triliun dan laba bersih sekitar Rp400 miliar. Lalu alokasi capex diproyeksi akan berada di kisaran Rp1,5 triliun hingga Rp2 triliun. Peningkatan tersebut, diakui memang tidak besar mengingat salah satu segmen bisnis yang menyumbang porsi pendapatan cukup signifikan, yakni Hotel Melia Bali Hotel, sedang renovasi dan ditutup untuk umum sampai dengan 2026 mendatang. Lebih lanjut, Erlin menjelaskan beberapa katalis yang mendorong kinerja di antaranya adalah beberapa pipe line yang hadir pasca masuknya BYD di lahan milik Surya Semesta seluas lebih dari 100 hektar. "Untuk pipe line sebenarnya banyak, namun untuk industrial estate masih butuh beberapa kepastian lain. Kami juga masih akan menemui pembeli potensial untuk turunan supply chain-nya, kami masih belum tahu berapa banyak nilainya, namun ini tetap akan menjadi kabar baik," imbuhnya. SSIA juga mengungkapkan Perusahaan tentu tidak hanya membidik industri otomotif saja tetapi juga untuk sektor bisnis lainnya. Erlin menyampaikan bahwa sektor bisnis F&B (makanan dan minuman), tekstil dan turunannya, farmasi, hingga heavy industri juga sangat diterima kehadirannya. Hingga kini, SSIA mencatat bahwa permintaan dari sektor bisnis otomotif masih mendominasi lahan industrinya. Mengenai kebijakan kenaikan pajak PPN 12% yang berlaku tahun depan, Erlin menyebutkan tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap bisnis unit properti Perusahaan, terutama untuk sektor penjualan di kawasan industri.
SSIA Chart by TradingView