KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kas PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) di kuartal pertama tahun ini bakal menebal. Sebab, ada dana lebih dari Rp 2 triliun masuk ke kantong emiten ini. Berdasarkan informasi yang diterima Kontan.co.id, SSIA akan menerima sisa pembayaran atas divestasi hak atas kepemilikannya di PT Lintas Marga Sedaya (LMS), operator jalan tol Cikopo-Palimanan. Pembayarannya akan dilakukan pada pekan depan. "Sisa sebesar 85% dari total transaksi akan dibayar," ungkap Erlin Budiman, Head of Investor Relation SSIA saat dimintai konfirmasinya oleh Kontan.co.id, Rabu (10/1) lalu.
Proses divestasi atas hak kepemilikan pengelola tol Cikopo-Palimanan (Cipali) ini berlangsung pada tahun lalu, dengan nilai total Rp 2,56 triliun. Pembelinya adalah PT Astratel Nusantara, anak usaha Grup Astra. Erlin menyebutkan, sebesar 15% pembayaran, atau Rp 384 miliar, sudah diterima pada Mei 2017. Sisa pembayaran sebesar 85% atau Rp 2,18 triliun baru akan dilakukan pekan depan. Namun, dia belum bersedia menyebut kapan tepatnya pembayaran diterima. Meski ada pembayaran baru yang masuk pekan depan, laporan keuangan SSIA pada kuartal pertama tahun ini sepertinya tidak akan mengalami perubahan signifikan. Sebab, transaksi pengalihan kepemilikan sudah lebih dulu dilakukan di kuartal II-2017. Sehingga, keuntungan dari penjualan itu sudah tercatat dalam pembukuan periode tersebut. "Jadi, kuartal I-2018 nanti yang terlihat berubah hanya di posisi kas. Untuk posisi laba rugi seharusnya sudah tidak ada perubahan," jelas Erlin. Tapi, ini hanya masalah pencatatan. Sejatinya, SSIA justru bakal memiliki dana secara riil lebih dari Rp 2 triliun pada pekan depan. Manajemen bakal menggunakan dana tersebut untuk menopang sejumlah ekspansi, juga melunasi utang. Erlin menjelaskan, dari pembayaran tadi, SSIA bakal memperoleh net cash sebesar Rp 1,9 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 550 miliar akan digunakan untuk melunasi utang obligasi 2012 sebesar Rp 550 miliar. "Kemudian Rp 1 triliun untuk pengembangan kawasan Subang. Sisanya untuk belanja modal," imbuh dia. Rencana ekspansi SSIA berencana mengembangkan kawasan industri Subang, Jawa Barat, sebagai sumber pemasukan baru. SSIA setidaknya membutuhkan dana Rp 4 triliun untuk pembebasan lahan maupun pengembangan kawasan industri selama tiga tahun ke depan. Untuk tahun ini, SSIA akan mengalokasikan belanja modal atau
capital expenditure (capex) Rp 800 miliar. Sebesar Rp 600 miliar akan digunakan untuk pembebasan lahan hingga 400 hektare (ha). Analis Henan Putihrai Sekuritas Calvin Anthrasal mengatakan, pemasukan dari sisa pembayaran tersebut merupakan sentimen positif bagi prospek SSIA. "Namun, sifatnya terbatas," imbuh dia. Sebab, pembayaran ini sudah tercatat di kinerja sejak tahun lalu. Lonjakan harga sahamnya juga sudah tercermin di periode tersebut. Harga saham SSIA sempat menyentuh level Rp 770 per saham selepas kuartal I-2017. Pada transaksi kemarin (11/1), harga saham SSIA ditutup menurun 1,39% menjadi Rp 498 per saham. Menurut Calvin, agak sulit bagi saham SSIA untuk kembali mendekati level Rp 700.
Calvin menambahkan, sentimen ekspansi, terutama pengembangan kawasan Subang juga bisa menjadi sentimen positif. Apalagi, pembayaran yang akan masuk pekan depan bisa memperlancar ekspansi SSIA, terutama untuk pembebasan lahan. Namun, perkembangan bisnis kawasan industri juga masih belum sepenuhnya kondusif. Hal tersebut masih tergantung dari minat beli para investor yang membutuhkan lahan industri. Minat asing membuka pabrik di Indonesia akan mempengaruhi sektor ini. "Sehingga, di tengah kondisi seperti saat ini, sebaiknya
hold dulu saham SSIA," kata Calvin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati