JAKARTA. Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali kembali angkat bicara soal partai Islam dan nasionalis. Ia meminta masyarakat untuk mewaspadai pendikotomian yang disebut berdasarkan ideologi tersebut. Menurut Suryadharma, pemisahan itu sangat tidak mendasar lantaran partai Islam dianggap tidak nasionalis. “Kalau partai berazaskan Islam dan beragama disebut tidak nasional. Tapi partai yang tidak berazaskan agama atau Islam, disebut dengan nasionalis. Ini harus diwaspadai, ringan kedengarannya, tapi berat dampaknya karena Islam disebut tidak nasonalis,” ujar Suryadharma dalam pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II PPP di Bandung, Jumat (7/2/2014). Suryadharma mengingatkan bahwa pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, peran umat Islam sangat besar. Selain itu, para tokoh ulama mendirikan pondok-pondok pesantren di pelosok Nusantara untuk mencerdaskan bangsa.
“Umat Islam juga yang merebut kemerdekaan. Dengan Allahuakbar, apa pun bisa menjadi senjata. Dengan kekuatan Allahuakbar, bambu runcing bisa jadi senapan, anak panah bisa melawan meriam,” ungkap Suryadhama menggebu-gebu. Dengan pengorbanan ini, maka Suryadharma mempertanyakan anggapan yang menilai umat Islam tidak nasionalis. Oleh karena itu, lanjutnya, kader PPP harus menyegarkan kembali sejarah umat Islam di masa lalu. “Jangan sampai Islam dinegasikan, diminimalisirkan perannya, disingkirkan fungsinya,” ucap Menteri Agama itu. Saat ini, Suryadharma melihat peranan partai Islam masih sangat kecil jika mengingat Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. “Kami tanya ke ulama, apakah kita rela Indonesia yang mayoritas Islam menjadi kuburan partai Islam, apalagi yang berlambang ka’bah kalah? Ini ironis,” papar Suryadharma.