JAKARTA. Langkah Bank Central Asia (BCA) menutup unit remitansi di Malaysia menyisakan cerita menarik tentang persaingan bisnis pengiriman uang di negeri jiran. Bank milik Grup Djarum itu akhirnya memilih menggandeng perusahaan pengiriman uang lokal ketimbang mengoperasikan gerai sendiri. Cara ini agar tetap kompetitif melayani pengiriman uang. Menurut Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, jika ingin menjalankan bisnis remitansi sendiri di Malaysia, bank harus memiliki banyak jaringan. Skala ekonominya sekitar 15 gerai. Jika jumlah kurang dari 15 gerai, tidak menguntungkan. "Saya menghitung kembali profitabilitasnya. Harus di atas 15 gerai baru bisa menutup biaya dan investasi. Ini terlalu lama," katanya kepada KONTAN, Minggu (22/4). Sejatinya, BCA tak kekurangan uang untuk berinvestasi. Membangun belasan gerai dalam satu waktu, BCA mampu. Asal tahu saja, untuk membuka outlet, bank hanya merogoh kocek sekitar Rp 100 juta-Rp 200 juta.
Susahnya bank-bank bersaing di Malaysia
JAKARTA. Langkah Bank Central Asia (BCA) menutup unit remitansi di Malaysia menyisakan cerita menarik tentang persaingan bisnis pengiriman uang di negeri jiran. Bank milik Grup Djarum itu akhirnya memilih menggandeng perusahaan pengiriman uang lokal ketimbang mengoperasikan gerai sendiri. Cara ini agar tetap kompetitif melayani pengiriman uang. Menurut Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, jika ingin menjalankan bisnis remitansi sendiri di Malaysia, bank harus memiliki banyak jaringan. Skala ekonominya sekitar 15 gerai. Jika jumlah kurang dari 15 gerai, tidak menguntungkan. "Saya menghitung kembali profitabilitasnya. Harus di atas 15 gerai baru bisa menutup biaya dan investasi. Ini terlalu lama," katanya kepada KONTAN, Minggu (22/4). Sejatinya, BCA tak kekurangan uang untuk berinvestasi. Membangun belasan gerai dalam satu waktu, BCA mampu. Asal tahu saja, untuk membuka outlet, bank hanya merogoh kocek sekitar Rp 100 juta-Rp 200 juta.