Susi pamerkan 10 kapal asing raksasa pencuri ikan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti berencana memamerkan kapal-kapal asing raksasa pencuri ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang menyiapkan 10 kapal asing untuk dijadikan museum. Salah satu kapal asing yang akan dipamerkan adalah kapal Silver Sea 2 milik Thailand yang beratnya 2.285 Gross Ton (GT).

"Ini buat menjadi bukti, karena nanti ada yang bilang menteri Susi ini bohong (ada kapal asing mengeruk ikan di perairan Indonesia). Jadi terbuka seluruh mata (masyarakat) Indonesia bagaimana kapal besar itu menggaruk dan membawa pergi sumber daya perikanan kita," kata Susi, di rumah dinasnya di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan. 

Selama ini, KKP selalu menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan. Namun, kali ini, Susi memilih untuk menjadikan kapal-kapal pencuri ikan sebagai museum untuk dipamamerkan kepada masyarakat. Hal itu dilakukan sekaligus untuk mengedukasi masyarakat.


"10 kapal mewakili berbagai negara itu supaya ada bukti, nanti kalau semua (kapal) ditenggelamin enggak ada bukti, nanti dikira Menteri dan Satgas 115 itu bohong-bohong saja," kata Susi.

Selama 3 tahun terakhir, Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla gencar memerangi Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing. Susi yang berperan menjadi "komandan perang" sudah menenggelamkan 317 kapal pelaku IUU Fishing.

Kebijakan itu sesuai dengan amanat Undang-undang 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Kapal-kapal yang ditenggelamkan berasal dari berbagi negara, mulai dari China, Vietnam, Filipina, hingga Malaysia. Penenggelaman tersebut dilakukan di berbagai daerah di Indonesia.

Perang melawan IUU Fishing juga terlihat dari keputusan Presiden Jokowi membentuk Satgas IUU Fishing yang dipimpin langsing oleh Menteri Susi.

Satgas tersebut melibatkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), TNI Angkatan Laut, Polri, Kejaksaan Agung, Badan Keamanan Laut, Satker Khusus Migas, PT Pertamina (Persero), dan institusi terkait. (Kurnia Sari Aziza)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia