Jakarta. Saat ini tersedia beragam jenis susu. Selain susu sapi, ada susu kedelai, mede, almond, dan santan kelapa. Manakah yang paling sehat? "Tergantung perusahaan pembuatnya," kata Sara Haas, ahli gizi yang bicara atas nama Academy of Nutrition and Dietetics, dilansir dari New York Time. "Saya meminta masyarakat untuk membaca label pada kemasan," tuturnya.
Penganut vegetarian mungkin lebih memilih susu dari tumbuhan daripada hewan. Namun ditilik dari kandungan nutrisi, studi terakhir yang dimuat di Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition mengkonfirmasi bahwa susu dari bahan nabati bervariasi dalam hal profil gizi. Penulis jurnal tersebut merekomendasikan anak-anak untuk minum susu sapi, kecuali mereka yang punya alasan medis tak dapat minum susu sapi. Satu gelas dengan susu sebanyak 220 gram susu sapi mengandung sekitar delapan gram protein dan sepertiga asupan kalsium yang disarankan. Susu sapi pun secara alami mengandung potasium dan vitamin B12 selain juga diperkaya vitamin A dan D. Dari sisi gizi, susu berbasis nabati, selain susu kedelai, tak ada yang mengandung lebih dari satu gram protein. Kecuali susu itu memang diperkaya protein. Susu kedelai kerap mengandung protein sebanyak susu sapi, tetapi tak mengandung kalsium. Kendati ada, juga susu kedelai yang diperkaya kalsium. Santan atau susu kelapa mungkin termasuk yang paling miskin gizi. Tak ada kandungan protein. Santan pun hanya mengandung sedikit kalsium. Susu seperti almond dan mede memang mengandung protein dan mede mengandung kalsium. Sayangnya, kedua nutrisi itu hilang selama pemrosesan. Untuk mendongkrak profil gizinya, beberapa produsen memperkayanya untuk meningkatkan kandungan protein, kalsium fosfat atau kalsium karbonat serta vitamin. Namun saat ini, para ahli masih memperdebatkan apakah tambahan gizi itu diserap dan digunakan secara efisien oleh tubuh seperti halnya nutrisi yang terkandung secara alami dalam makanan. Kalsium yang ada di susu sapi memang secara alami ada di dalamnya dan diserap lebih baik oleh tubuh. "Susu sapi mengandung laktosa dan kasein yang membantu meningkatkan penyerapan kalsium dan kalsium membantu penyerapan vitamin D," kata Sina Gallo, asisten profesor nutrisi dan makanan di George Mason University. "Ada sinergi di antara makanan-makanan itu. Semuanya bekerja sama," katanya. Jumlah vitamin D dalam minuman berbasis nabati itu bervariasi. Studi dari 2014 terhadap 2.831 anak menemukan, anak yang minum susu non sapi memiliki kadar vitamin D dalam darah yang lebih rendah dibandingkan yang minum susu sapi. Terdapat zat tambahan lain pula dalam minuman berbasis nabati. Zat seperti guar gum, xanthan gum atau carrageenan sering ditambahkan untuk menambah kelezatan dan kelembutan minuman itu.
Beberapa zat tambahan itu berhubungan dengan reaksi alergi atau masalah pencernaan. FDA sudah memperingatkan bahaya memberikan minuman mengandung xanthan gum kepada balita. Kandungan lemak, gula dan pemanis serta kalori pun harus dipertimbangkan. Kandungan itu cukup tinggi pada minuman berbasis tumbuhan. (Dhorothea) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto