KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membeberkan proses penawaran umum saham perdana alias
initial public offering (IPO) yang bakal dilakukan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) masih terus bergulir. Kepala Eksekutif Pengawasan Pasar Modal Otoritas OJK Inarno Djajadi menuturkan, proses IPO Pertamina Hulu Energi masih ada sedikit penundaan, sehingga yang baru masuk rencana PT Pertamina Geothermal Energy. "Untuk Pertamina Hulu Energy masih ada hal teknis atau dokumen yang perlu diperbaiki, salah satunya laporan keuangan," ucap Inarno dalam konferensi pers virtual, Senin (6/2).
Dia bilang tadinya Pertamina Hulu Energy akan menyampaikan atau menggunakan laporan keuangan per Juni 2022. Namun nantinya PHE akan memakai laporan keuangan Desember 2022.
Baca Juga: Begini Progres IPO Pertamina Hulu Energi yang Nilainya Capai Rp 9 Triliun "Kisarannya tergantung
appetite eksternal juga, tapi kisarannya Rp 8 triliun sampai Rp 9 triliun," imbuhnya Seperti yang dikabarkan, Subholding Upstream Peraminta ini akan menawarkan saham perdana ke publik sebesar 10% sampai dengan 15%. Adapun aksi ini bakal menyusul Pertamina Geothermal Energy yang sedang dalam proses penawaran perdana alias
bookbuilding di kisaran Rp 820-Rp 945 per saham. Dalam IPO saham PGEO, Pertamina Geothermal Energy akan melepas sebanyak-banyaknya 10,35 miliar saham. Dus, Pertamina Geothermal Energy berpotensi meraup dana segar maksimal Rp 9,78 triliun. Analis Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menilai IPO PHE merupakan mandat dari pemerintah untuk meningkatkan produksi minyak mentah. Dana jumbo yang didapat dari IPO nanti diproyeksi efektif untuk meningkatkan produksi minyak yang kian menurun tiap tahunnya. “Tentu dalam jangka menengah juga prospektif, namun memang risiko yang perlu diwaspadai adalah terkait risiko eksplorasi,” jelas Fajar.
Baca Juga: Pilah Pilih Dua Suara Terkait IPO Pertamina Geothermal Energy Namun, Fajar mencermati dengan kondisi pasar yang masih cukup volatilitas, memang agak sulit untuk mencapai target jumbo tersebut. Meski begitu menurut Fajar masih ada harapan bagi PHE yang bergerak dalam sektor migas ini, melihat ada beberapa perusahaan yang
oversubscribed saat melangsungkan IPO baru-baru ini seperti ELIT, PEVE, CBRE, dan NINE serta masih minimnya jumlah emiten migas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, berdasarkan
track record-nya PHE juga memiliki kinerja perusahaan yang positif antara lain melampaui
key performance indicator hingga 102% pada tahun 2020, melampaui target produksi minyak dan gas yang ditetapkan dalam RKAP tahun 2021, hingga mencatatkan angka akumulatif produksi migas rata-rata sebesar 962.000 barel setara minyak per hari (MBOEPD) pada kuartal III-2022. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari