KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah tengah menyiapkan peta jalan atawa
road map hilirisasi alias pengembangan industri pengguna logam timah. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba), Ridwan Djamaluddin mengatakan, pihaknya tengah menggandeng sejumlah pihak untuk menghimpun data dan menghitung sejumlah hal, mulai dari investasi hingga estimasi waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan upaya hilirisasi ini. “Kemarin saya minta PT Rekind, (yaitu) Rekayasa Industri yang biasa melakukan EPC, kemudian kami undang juga perusahaan-perusahaan yang sudah pernah membangun smelter misalnya untuk pertambangan, dan juga asosiasi profesi,” tutur Ridwan saat ditemui awak media usai acara Tin Conference 2022, Rabu (19/10).
Baca Juga: Rekind Capai Milestone Penting Gas-In di Proyek Jambaran Tiung Biru Saat ini, tingkat penyerapan produk timah ingot alias timah batangan, yakni produk turunan ore timah, di dalam negeri masih rendah. Dalam wawancara Kontan.co.id belum lama ini, Pelaksana Harian Direktur Eksekutif IMA, Djoko Widajatno menyebutkan bahwa industri di dalam negeri baru bisa menyerap 5% total produksi dalam negeri. Hal ini juga disampaikan oleh Ridwan kemudian pada acara Tin Conference 2022 (19/10). Menurut Djoko, secara umum, penyerapan dalam negeri atas hasil hilirisasi masih rendah lantaran industri downstream selaku offtaker seperti pabrik barang elektronik dan permesinan yang belum berkembang. Di sisi lain, upaya untuk menggaet investor untuk mengembangkan industri downstream juga masih terhambat karena sejumlah alasan, mulai dari efek pagebluk Covid-19 yang mengganggu rantai pasok atawa supply chain, efek dari kenaikan bunga di Amerika Serikat (AS) dan penguatan dolar AS, perlambatan industri di China, India dan Uni Eropa seturut Perang Rusia dan Ukraina (2 negara yang mempunyai sumber bahan baja juga material lainnya), dan lain-lain. “Perizinan dan permodalan, kepastian hukum, jaminan berusaha juga masih rendah,” imbuh Djoko kepada Kontan.co.id (14/10). Di sisi lain, pemerintah juga telah memberi sinyal untuk menetapkan larangan ekspor timah dengan dalih untuk mendorong hilirisasi. Upaya ini menurut, Staf Ahli Bidang Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM, Heldy Satrya Putera, bakal membantu Indonesia dalam menghadapi perekonomian global yang dinamis. “Ini sebetulnya semangat yang ingin kita bangun untuk menjaga ekonomi kita agar tidak masuk ke dalam krisis atau resesi ke depan. Oleh karena itu kita ingin mendorong hilirisasi,” ujar Heldy dalam acara Tin Conference 2022, Rabu (19/10). Meski begitu, sejauh ini masih belum terang kapan sejatinya larangan ekspor timah ingot bakal diterapkan. “Rencana pelarangan ekspor tin ingot, kami tidak tahu, sepenuhnya kewenangan dan arahan pimpinan. Nanti kita tunggu saja, tapi semangat yang kita bangun adalah kita menyiapkan diri,” ujar Ridwan (19/10).
Baca Juga: Indonesia Jadi Negara Pengekspor Timah Terbesar Dunia Memilah-milah ‘pohon industri’ Heldy menuturkan, pemerintah tengah menelisik rantai industri dari hulu sampai hilir guna memilah-milah industri mana saja yang kiranya perlu dikembangkan lebih lanjut untuk membangun ekosistem seluruh produksi timah dan mendorong peningkatan penyerapan timah di dalam negeri. “Kami sudah melakukan penetrasi pasar. dan sudah cukup banyak para calon investor yang tertarik untuk masuk ke dalam hilirisasi dari timah ini,” ungkap Heldy. Heldy tidak merinci seperti apa
timeline studi kelayakan yang direncanakan untuk hilirisasi timah tersebut.
“Mengenai
timeline-nya sedang kami buat, tapi kami upayakan secepat mungkin,” kata Heldy. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Amir Syahbana berharap, upaya industrialisasi untuk meningkatkan serapan timah dalam negeri dapat dilakukan di Bangka Belitung. Ia berujar, Bangka Belitung sudah memiliki kawasan industri untuk menunjang upaya industrialisasi tersebut. “Terkait dengan energi kami sudah komunikasi dengan pihak PLN. Sekarang terus terang Bangka Belitung surplus tenaga listrik, kita sudah ada interkoneksi bawah laut antara Sumatera dengan Bbangka Belitung,” ujarnya di acara yang sama. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .