Suwito: Cermat memilih portfolio investasi



JAKARTA. Dalam berinvestasi, pilihlah keranjang investasi yang tepat sesuai profil risiko. Itulah yang selalu menjadi prinsip berinvestasi Suwito Anggoro, Presiden Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. Mengingat profil dirinya yang cenderung konservatif, Suwito cenderung berhati-hati dalam memilih portofolio investasi.

Suwito awalnya hanya berinvestasi melalui instrumen-instrumen yang dikelola perbankan, seperti reksadana dan unitlink. Namun seiring berjalannya waktu, Suwito mengembangkan investasi ke properti. Sejak muda, Suwito memang sudah kepincut dengan properti sebab harganya yang terus meningkat.

Pria kelahiran Malang ini mengaku aset properti yang pernah ia beli tidak satupun yang harganya turun. Strategi pemilihan lokasi dan jenis properti menjadi kuncinya.


"Saya lebih memilih aset rumah dan tanah di daerah perkotaan yang punya pertumbuhan cepat," ujar dia. Kini, dia sudah tidak aktif lagi berinvestasi di properti.

Sekarang, ia aktif berinvestasi di instrumen pasar keuangan. Pada saat pasar modal makin berkembang di tahun 2000-an, Suwito mulai menjajal berinvestasi di pasar saham.

Menurut dia, pasar modal Indonesia memang sangat menjanjikan, namun saat itu ia agak kewalahan jika harus trading sendiri. Karena tingkat kesibukan yang tinggi, ia tidak terlalu memiliki banyak waktu untuk mengawasi portofolionya di saham. Karena jika sedikit saja lengah, harga saham bisa langsung berubah.  Selain itu, Suwito juga tipe investor yang tidak mau repot. Sehingga, portofolio investasinya di saham tidak terlalu besar. Saat ini, investasi Suwito di saham hanya sebesar 20% dari total dana investasi.

Percayakan ke MI

Sebagai investor konservatif, ia memilih untuk menempatkan setengah dari portofolio di instrumen obligasi atau surat utang, baik milik pemerintah maupun korporasi. Sementara, 30% dana investasi lainnya ditempatkan di pasar uang. Risiko berinvestasi di obligasi memang kerap tidak sebesar di saham, namun return yang bisa diraihnya tetap lumayan besar.

Bagi dia, berinvestasi merupakan hal yang wajib dilakukan ketika sudah berpenghasilan tetap. Inflasi yang meningkat akan menggerus dana simpanan di bank. Oleh karena itu, sejak awal Suwito memutuskan untuk tidak memilih produk-produk dengan imbal hasil di bawah inflasi seperti misalnya deposito bank.

Kesibukan Suwito sebagai pemimpin perusahaan, membuat dia tak punya cukup waktu untuk mengelola instrumen investasinya sendirian. Akhirnya, Suwito menunjuk beberapa manajer investasi untuk mengelola portofolio investasinya.

Suwito memberi target return minimal yang harus diperoleh setiap tahun dari investasi tersebut. Dengan begitu, Suwito mempercayakan seluruh portofolionya dikelola manajer investasi. Kalau return yang diinginkan tidak tercapai, Suwito akan langsung mengganti si manajer investasi. "Kalau tidak outperform, saya akan langsung pindah manajer investasi. Saya tipe konservatif yang disiplin. Tidak mengincar return terlalu besar, tetapi saya ingin portofolio saya selalu perform," jelasnya.

Dengan mempercayakan pengelolaan portofolio pada manajer investasi, Suwito tidak memberi indikator khusus pada pilihan saham dan obligasinya. "Ada banyak instrumen pasar uang dan jenis obligasi yang bisa dipilih, namun itu bukan tugas saya lagi. Saya mempercayakan semuanya pada manajer investasi," kata Suwito.

Yang pasti, dari tahun ke tahun, Suwito melihat pasar obligasi masih terus bergairah. Apalagi, obligasi memiliki risiko yang minim dan bunga yang menggiurkan. Tentu saja dalam pemilihan obligasi, ia harus melihat perusahaan yang menerbitkan surat utang itu memiliki rating yang bagus. Kupon obligasi korporasi di Indonesia tidak kalah dengan negara lain. Menurutnya, obligasi pemerintah juga layak dilirik karena keamanannya yang terjamin. "Sukuk dan obligasi ritel Indonesia juga sangat menarik kuponnya, dan tidak perlu takut karena dijamin negara dan instrumennya likuid," kata Suwito.

Ia mengingatkan, dalam berinvestasi untuk berhati-hati memilih instrumen. Pasalnya, saat ini banyak produk yang tak jelas, menawarkan iming-iming return tinggi dan tetap.

Dia menyarankan agar investor pemula jangan mudah percaya terhadap imbal hasil tinggi dan mudah terjebak rayuan orang lain. Prinsip-prinsip investasi seperti ini, selalu ia ajarkan kepada orang-orang terdekatnya seperti keluarga. Ayah dari empat orang anak ini yakin, dengan menerapkan prinsip berinvestasi yang sehat, kita tidak akan sulit mencapai return yang diinginkan.                       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini