KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) dikhawatirkan bakal membuat seret pendanaan startup di Indonesia, khususnya terkait dompet digital. Menanggapi itu, Ekonom di CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan bahwa tanpa bangkrutnya SVB pun pendanaan startup memang sudah tidak mudah lagi. “Era likuiditas berlimpah dan euforia startup digital sudah berlalu. Investor startup sudah semakin realistis,” ujar Piter kepada Kontan, Senin (20/3). Meski demikian, Piter berkata hal tersebut sesungguhnya bukan perkara yang harus dikhawatirkan karena startup digital masih akan terus tumbuh dan masih akan banyak investor yang bersedia memberi pendanaan.
Baca Juga: Bangkrutnya SVB Berpotensi Hambat Investasi Baru untuk Ekspansi Usaha Startup Hanya saja saat ini investor menekan startup untuk lebih mengutamakan keuntungan. Dengan demikian, startup yang bisa segera merealisasikan keuntungan akan mudah mencari dana. Menurut Piter bisnis digital masih memiliki prospek yang baik dan masa depan adalah dunianya digital, termasuk dompet digital. Ia menyebut bahwa bisnis dompet digital sangat membutuhkan ekosistem pendukung yang kuat karena tanpa itu dompet digital akan sulit berkembang. “Lihat saja dompet digital yang menguasai pasar adalah dompet digital yang tergabung dalam ekosistem besar dan kuat,” imbuh Piter. Senada dengan Piter, Kepala Ekonom di Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa pendanaan startup memang sudah terlebih dahulu cenderung melambat sejak 2022, terutama pasca kebijakan agresif dari Bank Sentral Amerika (The Fed). Josua bilang
stance hawkish dari The Fed secara langsung menaikkan
borrowing cost dari para investor sehingga mereka cenderung menahan pendanaannya kepada para startup. Hal itu sudah terefleksi dari efisiensi biaya yang dilakukan oleh para startup sejak tahun lalu. Ia menyebut dalam kaitannya untuk usaha dompet digital, para pelaku usaha dompet digital cenderung lebih bergantung pada tingkat konsumsi masyarakat, transaksi digital, serta perluasan merchant QRIS di seluruh Indonesia. “Dari kondisi tersebut,
revenue dari para pelaku usaha digital seharusnya tidak terlalu terganggu oleh isu ini,” ujar Josua. Namun, kekhawatiran akan tetap ada. Runtuhnya SVB akan menghambat investasi baru dalam rangka ekspansi usaha. Demikian juga biaya marketing dari para pelaku usaha akan cenderung lebih terbatas, sehingga para pemain baru akan sulit bersaing dengan para pemain lama.
Baca Juga: Soal Kolapsnya SVB, LPS: Masyarakat Tak Perlu Khawatir Josua menyarankan di tengah kondisi investasi baru yang terbatas, pemain dompet digital perlu mengoptimalkan strategi bisnis yang dimiliki dengan memfokuskan pada segmen merchant UMKM sehingga terdapat peningkatan transaksi dompet digital. Lebih lanjut, ia mengatakan aspek pembayaran digital di ASEAN dan khususnya di Indonesia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan sejalan dengan transformasi ekonomi digital dan keuangan digital yang akan mendorong peningkatan
Gross Merchandise Value yang menjaga daya tariknya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto