JAKARTA. Perusahaan penggilingan beras swasta dituding sebagai pengacau dari sistem logistik beras nasional. Harga beras yang tinggi terjadi karena peranan swasta dalam memainkan penawaran dan permintaan di pasar. Sementara Bulog dianggap tidak mampu bersaing dengan pihak swasta dalam penyerapan gabah. Firman Soebagyo, Anggota Komisi IV DPR menjelaskan, sejak pemerintah menyerahkan mekanisme pasar kepada pelaku dagang. Sistem tata niaga beras nasional menjadi kacau. Bulog tidak lagi berfungsi sebagai bupper stock dan pengendali harga. Sehingga membuat perusahaan swasta menguasai pasar beras nasional. Padahal dalam UU 18 Tahun 2012 Tentang Pangan mewajibkan negara mewujudkan ketersedian, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang. Namun, kondisi saat ini beras telah menjadi komoditi pasar bebas.
Swasta dituding berperan di mahalnya harga beras
JAKARTA. Perusahaan penggilingan beras swasta dituding sebagai pengacau dari sistem logistik beras nasional. Harga beras yang tinggi terjadi karena peranan swasta dalam memainkan penawaran dan permintaan di pasar. Sementara Bulog dianggap tidak mampu bersaing dengan pihak swasta dalam penyerapan gabah. Firman Soebagyo, Anggota Komisi IV DPR menjelaskan, sejak pemerintah menyerahkan mekanisme pasar kepada pelaku dagang. Sistem tata niaga beras nasional menjadi kacau. Bulog tidak lagi berfungsi sebagai bupper stock dan pengendali harga. Sehingga membuat perusahaan swasta menguasai pasar beras nasional. Padahal dalam UU 18 Tahun 2012 Tentang Pangan mewajibkan negara mewujudkan ketersedian, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi seimbang. Namun, kondisi saat ini beras telah menjadi komoditi pasar bebas.