KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asing mencatat aksi jual bersih (
net sell) sebesar Rp 4,24 triliun dalam sepekan yang berakhir Jumat (2/2). Empat saham sektor barang konsumsi (consumer goods) tercatat dalam deretan 10 teratas saham yang paling banyak dijual asing. Mengutip RTI, seminggu terakhir saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dijual asing sebanyak Rp 261.9 miliar. Menyusul, saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan
net sell asing sebesar Rp 244,2 miliar. Selain itu, asing juga melakukan aksi jual di saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sebesar Rp 124,2 miliar. Begitu pula saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang mencatat
net sell sebesar Rp 95,6 miliar.
Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra melihat, ada
switching sektor oleh asing di pasar saham Indoensia. Asing yang sebelumnya meminati saham-saham sektor barang konsumsi, mulai melirik saham sektor pertambangan. “Sektor yang menjanjikan
earning lebih tinggi tahun ini adalah komoditas, related terhadap pertambangan,” jelas Aditya, Sabtu (3/2). Selain saham di sektor barang konsumsi, seminggu terakhir juga terlihat adanya aksi jual asing di beberapa saham perbankan. Di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya tercatat
net sell asing Rp 1,3 triliun. Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pun masuk dalam 10 saham paling banyak dijual asing seminggu terakhir. Meski demikian, Aditya bilang, return
week on week dari saham perbankan masih terbilang tinggi. Laporan keuangan bank-bank buku empat masih mencatatkan angka di atas konsensus. Meski dijual, menurut Aditya, perbankan tak akan masuk dalam siklus
rolling sektor oleh asing. Selain perubahan selera asing dalam sektor saham yang ada,
outlook pasar saham turut mendorong aksi jual asing. “Dari luar ada sedikit
negative outlook, seperti dari Amerika Serikat (AS). Jadi mereka memperbanyak porsi
cash dulu sementara ini,” tutur Aditya.
Memang, dalam periode seminggu yang berakhir Jumat (2/2), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penurunan sebesar 0,48%. Hal ini menurut Aditya tak lepas dari koreksi yang terjadi di Dow Jones Industrial Average (DJIA). Seperti diketahui, pelaku pasar panik dengan kenaikan
yield obligasi AS. Dalam kondisi ini, Aditya menyarankan investor untuk memantau pergerakan harga saham-saham
big caps dan saham defensif. “
Wait and see untuk masuk di harga
bottom bagi saham likuid. Jika masih ada sisa dana, bisa masuk ke saham pertambangan maupun saham
small-midlle cap lain,” sarannya. Beberapa saham yang masih direkomendasikan Aditya adalah PT H M Sampoerna Tbk (HMSP), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini