Syailendra meracik reksadana indeks berbasis MSCI Indonesia Value



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Syailendra Capital berencana menerbitkan reksadana anyar pada semester pertama tahun ini. Kali ini, Syailendra akan meracik reksadana indeks berbasis Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia Value Index.

Presiden Direktur Syailendra, Fajar R. Hidajat menyebut, produk reksadana ini akan menjadi reksadana indeks pertama di Indonesia yang menjadikan MSCI Indonesia Value Index sebagai acuan alias benchmark. Indeks ini terdiri dari 16 emiten konstituen dari kalangan saham big-caps dan medium-caps.

Menurunnya jumlah reksadana aktif yang mampu outperform dari indeks acuan menjadi latar belakang Syailendra meluncurkan produk baru ini. "Berdasarkan data industri reksadana, tahun 2008-2009, masih ada sekitar 70% reksadana aktif yang kinerjanya bisa melampaui indeks acuan. Periode 2016-2017 lalu, jumlahnya makin turun di kisaran 10% saja," ujar Fajar, Kamis (19/4)


Reksadana indeks terbaru Syailendra ini akan meluncur awal Mei mendatang. Saat ini, produk masih dalam proses izin ke OJK. Reksadana indeks ini terbuka bagi investor ritel maupun institusi.

Nantinya, reksadana akan menekankan tiga faktor perhitungan fundamental, yaitu rasio P/E (price earning ratio), P/B (price to book ratio), serta dividen yield yang tinggi. Ketiga faktor ini akan menjadi dasar identifikasi aset yang sifatnya masih undervalued.

Fajar menjelaskan, MSCI Indonesia Value Index dipilih karena memiliki kredibilitas yang bagus. Selain itu, tingkat imbal hasilnya juga terbilang tinggi, "Bisa sampai 5% di atas IHSG," paparnya.

Berdasarkan data dalam situs MSCI, MSCI Indonesia Value Index berhasil membukukan return sebesar 31,62% sepanjang 2017.

Namun, Investment analyst Syailendra, Michael Pranata mengingatkan, risiko pada indeks ini tetap ada. Lantaran jumlah anggota indeks yang sedikit, risiko volatilitas menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, indeks ini akan lebih menguntungkan bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang.

"Kalau sifatnya short trade, kemungkinan besar malah rugi kalau di indeks ini," imbuh Michael.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini