Syam sebarkan ilmu wirausaha ke banyak pemuda (3)



Syammahfuz Chazali tidak lupa membagikan motivasi berwirausaha. Ia keluar masuk universitas memberi semangat para mahasiswa untuk membuka usaha. Bahkan, awal tahun ini Syam membuka YES!, lembaga pelatihan bisnis bagi pemuda. Pemilik merek Faerumnesia 7G, Syammahfuz Chasali tengah didera kesibukan. Bulan ini, ia harus mengurus produksi 3.000 batu bata di Godean, Yogyakarta. Ia juga harus meladeni pertanyaan dari beberapa perusahaan luar negeri tentang penggunaan kotoran sapi. Lalu, ia juga harus mendatangi beberapa universitas untuk bertukar pikiran soal kewirausahaan. Tiga hari ini saja, ia berada di Semarang, Jawa Tengah, untuk memberi motivasi kewirausahaan di Universitas Diponegoro dan IAIN Walisongo. Menurutnya, banyak mahasiswa punya ide kreatif. Sayangnya kurang dukungan. "Jadi mahasiswa haru mampu menciptakan lapangan kerja sendiri dari ide-ide kreatifnya," ujar Syam. Dalam hitungannya, ongkos yang harus dikeluarkan mahasiswa selama kuliah dan gaji yang mereka dapatkan setelah bekerja habis begitu saja. Dengan gaji Rp 2 juta, uang mereka akan habis untuk sewa kos, makan, transportasi, komunikasi dan hiburan. "Habis uangnya. Kapan mereka punya tabungan?” ujarnya. Dari situ, Syam bersama dua kawannya, Fauzan Teguh Hananto dan Ghozali bertekad mengajak mahasiswa menjadi entrepeneur dengan mendirikan YES!. Ini adalah lembaga pelatihan bisnis bagi pemuda-pemudi berusia 18 hingga 19 tahun. Walau masih berusia lima bulan, YES! sudah tersebar di 25 kota di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Markasnya ada di Jalan Kayun, Surabaya, Jawa Timur. YES! pusat mengirimkan standard operating procedure (SOP) ke pengelola di masing-masing kota. Berbekal SOP itu, pengelola bisa menjalankan visi misi YES! Siswa akan mendapat kursus singkat selama tiga bulan. Sejak awal masuk, siswa ditanya bentuk usaha seperti apa yang ingin dipilihnya. Selama kursus itulah, materi dan diskusi akan membahas bentuk usaha itu. Setiap kelas diisi maksimal 20 orang, agar setiap siswa punya ruang besar mengasah jenis usaha yang akan digelutinya. Kursus berisi mentoring dari berbagai pengusaha yang mau berbagi ilmu kewirausahaan selama enam minggu. Sisa waktu untuk magang. “Ada siswa YES! yang sudah punya omzet sampai Rp 40 juta per bulan," ujarnya. Ide-ide kreatif mengalir di YES! "Ada yang mau buka usaha kopi celup dan nasi sego klopo, ” kata lulusan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada ini.Yang menarik, Syam bakal mengembalikan biaya kursus sebesar Rp 3 juta bila siswa gagal membangun usaha. Makanya, selesai masa kursus, Syam dan kawan-kawan tetap membimbing siswa. Bagi Syam, YES! harus mengambil peran bagi perekonomian Indonesia lewat usaha kecil dan menengah. Ia menargetkan mendirikan YES! di 20 kota di Indonesia. Malah, ia bercita-cita YES! ada di Malaysia dan Australia.Tekadnya mencetak pemuda menjadi wirausahawan yang membuka lapangan kerja buat orang lain. “Saya ingin memberi motivasi ke banyak pemuda untuk bangun bisnis tanpa modal," ujarnya. Baginya masalah bisnis bukanlah modal, tapi mental. Meski sibuk, Faerumnesia 7G tetap harus berkibar. Saat ini, Syam tengah menggelar riset untuk mencari bahan lain serupa tekstur kotoran sapi yang bisa dijadikan bata, lantai dan genteng.

Ia melihat, Indonesia punya kebutuhan pembangunan rumah yang luar biasa banyaknya. "Saya ingin bikin bata, lantai, dan genteng yang ekonomis karena berasal dari bahan ramah lingkungan,” kata Syam. Dua bulan ini, ia akan meriset serius soal itu. Setelah itu, Syam akan mendatangi Kementerian Pekerjaan Umum untuk melakukan ujicoba. Ia menargetkan produknya nanti bisa kedap suara, tahan gempa dan tahan air. Dari usaha ini, Syam ingin memberi contoh bagi banyak pemuda bahwa anak-anak muda bisa menjadi bos untuk dirinya sendiri. Anak-anak muda bisa menjalankan usaha sekaligus menikmati hidup. Itu pula yang dilakukan Syam. “Keinginan terbesar saya jadi pengusaha," ujarnya. Ia ingin punya uang dan waktu luang banyak. "Saya tak ingin menggadaikan hidup hanya untuk gajian,” ujar Syam diiringi tawa membahana. (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi