HO CHI MINH. Perusahaan benih tanaman dan obat hama, Syngenta AG, akan fokus menggarap pasar jagung dan padi di Indonesia. Populasi penduduk yang besar dan lahan yang menunjang pertanian, menjadi alasan perusahaan asal Swiss tersebut yakin bisnisnya bakal moncer. Apalagi, iklim investasi di tanah air bagi investor asing cukup mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia. Di sela-sela acara Syngenta Media Workshop yang berlangsung pada 29-30 Oktober 2012 di Ho Chi Minh, Vietnam, Region Head Crop Protection Syngenta Asia Pacific, Andrew Guthrie mengatakan bakal menembak tiga wilayah yang dianggap memiliki potensi pasar besar. Ketiganya adalah Jawa, Sumatera dan Indonesia Timur. Untuk mendekap pasar Indonesia, Syngenta menggelontorkan investasi besar-besaran. "Banyak yang kami invetasikan, sampai jutaan dollar," kata Andrew kepada KONTAN, tanpa menyebut detil besarannya, Rabu (31/10). Salah satu ekspansi perusahaan yang bisa dilihat adalah membangun pabrik produksi benih jagung di Pasuruan, Jawa Timur dan sudah beroperasi mulai akhir tahun lalu. Pabrik dengan nilai investasi US$ 26 juta tersebut memiliki kapasitas produksi hingga 5.700 metrik ton. Syngenta sendiri ada di Indonesia sejak 2001 melalui perusahaan bernama PT Syngenta Indonesia. Syngenta menyodorkan varietas jagung dan padi hibrida. Bermodal pengembangan teknologi, perusahaan tersebut menyodorkan iming-iming peningkatan kualitas dan kuantitas hasil panen. Untuk padi hibrida misalnya, Andrew bilang petani bisa meningkatkan hasil panen 20%-30% dibandingkan hasil panen padi biasa. "Jumlahnya akan beragam tapi rata-rata bisa menghasilkan lima ton per hektare," ujar Andrew. Selain jagung dan padi, perusahaan ini juga memproduksi benih lain seperti kedelai, gandum dan sayuran. Asal tahu saja, harga jual benih Syngenta di wilayah Asia Pasifik tak seragam. Sebab tergantung sejauh apa teknologi yang sudah diserap negara bersangkutan. Makin tinggi teknologi diterapkan maka makin mahal jenis benih yang harus dibeli. Sekedar membandingkan untuk wilayah Asia Tenggara, Filipina menjadi negara yang memiliki teknologi pertanian paling canggih. Tahun depan, Sygenta menarget bisa mencetak pertumbuhan double digit di Indonesia. Sayang, Andrew lagi-lagi bungkam soal kisaran target penjualan dan laba bersih.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Syngenta fokus garap jagung dan padi di Indonesia
HO CHI MINH. Perusahaan benih tanaman dan obat hama, Syngenta AG, akan fokus menggarap pasar jagung dan padi di Indonesia. Populasi penduduk yang besar dan lahan yang menunjang pertanian, menjadi alasan perusahaan asal Swiss tersebut yakin bisnisnya bakal moncer. Apalagi, iklim investasi di tanah air bagi investor asing cukup mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia. Di sela-sela acara Syngenta Media Workshop yang berlangsung pada 29-30 Oktober 2012 di Ho Chi Minh, Vietnam, Region Head Crop Protection Syngenta Asia Pacific, Andrew Guthrie mengatakan bakal menembak tiga wilayah yang dianggap memiliki potensi pasar besar. Ketiganya adalah Jawa, Sumatera dan Indonesia Timur. Untuk mendekap pasar Indonesia, Syngenta menggelontorkan investasi besar-besaran. "Banyak yang kami invetasikan, sampai jutaan dollar," kata Andrew kepada KONTAN, tanpa menyebut detil besarannya, Rabu (31/10). Salah satu ekspansi perusahaan yang bisa dilihat adalah membangun pabrik produksi benih jagung di Pasuruan, Jawa Timur dan sudah beroperasi mulai akhir tahun lalu. Pabrik dengan nilai investasi US$ 26 juta tersebut memiliki kapasitas produksi hingga 5.700 metrik ton. Syngenta sendiri ada di Indonesia sejak 2001 melalui perusahaan bernama PT Syngenta Indonesia. Syngenta menyodorkan varietas jagung dan padi hibrida. Bermodal pengembangan teknologi, perusahaan tersebut menyodorkan iming-iming peningkatan kualitas dan kuantitas hasil panen. Untuk padi hibrida misalnya, Andrew bilang petani bisa meningkatkan hasil panen 20%-30% dibandingkan hasil panen padi biasa. "Jumlahnya akan beragam tapi rata-rata bisa menghasilkan lima ton per hektare," ujar Andrew. Selain jagung dan padi, perusahaan ini juga memproduksi benih lain seperti kedelai, gandum dan sayuran. Asal tahu saja, harga jual benih Syngenta di wilayah Asia Pasifik tak seragam. Sebab tergantung sejauh apa teknologi yang sudah diserap negara bersangkutan. Makin tinggi teknologi diterapkan maka makin mahal jenis benih yang harus dibeli. Sekedar membandingkan untuk wilayah Asia Tenggara, Filipina menjadi negara yang memiliki teknologi pertanian paling canggih. Tahun depan, Sygenta menarget bisa mencetak pertumbuhan double digit di Indonesia. Sayang, Andrew lagi-lagi bungkam soal kisaran target penjualan dan laba bersih.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News